Ramadhan 1434 H

Masjid Al-Azhar Jakarta Wisuda 36 Penghafal Alquran

Masjid Al Azhar Jakarta (Dok/Santrinews.com)

Jakarta – Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran, Jakarta akan melakukan wisuda 36 hafidz (penghafal Alquran) pada malam ke-18 Ramadhan atau bertepatan dengan malam Nuzulul Quran.

Ke-36 hafidz tersebut adalah santri yang mampu menghafal juz satu dan juz 30. Para santri ini sebelumnya telah mengikuti program menghafal Alquran selama tiga bulan.

Santri program ini tidak dipungut biaya sama sekali. Para wisudawan juga akan diberikan sertifikat. “Program ini bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat sehingga diharapkan mampu menumbuhkan minat masyarakat,” kata Sekretaris Panitia Ramadhan dan Idul Fitri Masjid Agung Al-Azhar, M Zainul Arifin, Sabtu, 13 Juli 2013, seperti dilansir Republika.

Masjid Al-Azhar mulai menyelenggarakan program hafalan Alquran tahun ini. Program perdana ini mulai dibuka pada April. Ada empat pilihan program yang dilakukan. Pertama, hafalan juz satu, juz 30, seluruh juz dan surat-surat pilihan dan pendek. Santri ditargetkan mampu menghafal satu juz dalam waktu tiga bulan. Khusus untuk seluruh juz ditargetkan hafal dalam dua tahun.

Menurut Zainul, program ini sebenarnya juga dilakukan ketika hari biasa. Namun, pada Ramadhan peminatnya meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah santri yang menyetor hafalan. Jika di hari biasa hanya sepuluh orang, saat Ramadhan meningkat jadi 15 orang.

Setoran hafalan digelar setiap Jumat pasca-Shalat Jumat sampai menjelang Shalat Ashar. Setoran Sabtu dilakukan selepas Dzuhur sampai selepas Isya.

Sejak dibuka tiga bulan lalu, jumlah orang mendaftar 158. Dari jumlah tersebut, yang aktif berkumpul dan menyetorkan hafalan 35 orang. Mereka biasanya berkumpul setiap Jumat dan Sabtu.

Sebagian besar santri ini adalah para pekerja. Sebanyak 41 di antaranya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa dari kampus Al-Azhar dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ada delapan guru yang mengajar para santri. Enam di antaranya guru laki-laki dan sisanya perempuan. Pengajar laki-laki berasal dari imam dan muadzin masjid. Sedangkan pengajar perempuan berasal dari Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ).

Zainul mengatakan, motivasi para santri ini ingin memperdalam ilmu Alquran. Mereka juga mempunyai keinginan dari hati untuk menghafal Alquran. Para santri juga tidak dipaksakan untuk menyetor hafalan. Bahkan, mereka juga dibolehkan jika hanya menyetor dua ayat.

Setiap satu bulan sekali, hafalan mereka akan direview. Santri yang tidak mampu menyelesaikan hafalannya dalam tiga bulan, akan mendapatkan perlakuan khusus. “Yang berbeda dari program hafalan Alquran kami adalah para santri tidak wajib membaca Alquran dengan lancar,” ujarnya.

Metode yang diajarkan adalah menghafal melalui audio. Setiap santri diberikan rekaman surat Alquran dalam format MP3. Metode ini dinilai efektif karena mereka bisa leluasa menghafal dimana saja, sambil beraktivitas. Mereka ditekankan agar memperhatikan panjang dan pendek bacaan. (ahay/saif).

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network