Masjid Gay Ditutup, Pendiri: Kami Lakukan Sesuai Alquran

Cape Town – Masjid Terbuka khusus gay di Cape Town, Afrika Selatan, resmi ditutup oleh pemerintah. Alasan penutupannya, selain pendirian masjid ini mendapat kritik dari komunitas Muslim lokal, juga melanggar hukum seperti tidak punya lahan parkir yang memadai.

Masjid yang didirikan Taj Hargey, Akademisi studi Islam dan Sejarah di Universitas Oxford, itu diresmikan dengan ditandai shalat Jumat pertama pada Jumat, 20 September 2014.

Hargey pun memprotes kebijakan pemerintah kota Cape Town tersebut yang dinilainya sebagai bentuk intimidasi. Menurutnya, masjid ini tidak sepantasnya ditutup. Pasalnya, masjid tersebut didirikan untuk membantu upaya mencegah radikalisme dan terorisme yang tengah dikampanyekan masyarakat di seluruh dunia.

“Dewan Kota mencoba untuk menutup masjid dengan menerapkan berbagai peraturan konyol dan saya tidak merasa terancam oleh mereka atau siapa pun,” kata Hargey seperti dikutip dari BBC, Rabu, 24 September 2014.

“Di negara ini kebebasan beragama dan berekspresi dijunjung tinggi. Tidak ada satu orang yang berhak memaksakan kehendak mereka terkait apa yang dipercaya,” lanjutnya.

Pria kelahiran Cape Town, Afrika Selatan ini mengaku memiliki kebebasan beragama dan berekspresi di Negara ini. “Ini akan tetap menjadi masjid yang berdiri sendiri, otonom, bagi mereka yang menghargai kesetaraan gender,” katanya.

Ide pendirian masjid terbuka untuk semua golongan itu belum tentu benar di mata orang. Pasalnya, perempuan bisa menjadi imam dan golongan non-Muslim juga bisa menunaikan ibadah di situ.

Menurut dia, gagasan masjid yang didirikannya itu sudah sesuai konsep modernisasi. “Kami ingin masjid yang mencerminkan abad ke-21 di Afrika Selatan, bukan utopia abad ketujuh yang pernah ada,” ujarnya.

Dia menegaskan, ide mendirikan masjid itu sama sekali tidak menentang Islam sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sebab, didasari tujuan untuk kedamaian dan atas dasar perintah Sang Pencipta.

“Kami melakukan hal-hal menurut Alquran, tidak sesuai dengan syariah. Syariah bukan hukum Allah, itu adalah ramuan interpretasi abad pertengahan dan memproyeksikan bahwa berubah adalah omong kosong,” tegasnya.

“Masjid yang kami bangun ini adalah replika masjid asli dari Nabi Muhammad,” sambungnya.

Menurut Hargey, tempat ibadah yang berada di Cape Town ini, telah menunjukkan bahwa masjid yang menghargai persamaan gender benar-benar ada. Dia pun menyebut, kemerdekaan untuk memeluk agama masih tetap ada walau masjid ini ditutup.

“Kami membuka Masjid untuk orang yang memiliki pemikiran terbuka, buka tertutup,” katanya. Karena itu, menurutnya, masjid ini menyambut banyak orang dari semua kalangan, agama dan orientasi seks. Bahkan, wanita boleh berdoa satu ruangan dengan pria.
  
“Di Afrika Selatan 20 tahun lalu, ada perubahan revolusi yang damai dari apartheid ke demokrasi dan kami membutuhkan pengembangan yang sama di sebuah area yang religius,” tukasnya. (ahay)

Terkait

Dunia Lainnya

SantriNews Network