Minat Baca di Indonesia Memprihatinkan

Membaca buku. (perpustakaan.kaltimprov/santrinews)

Jakarta – Untuk dapat menghasilkan diri pribadi yang baik, maka orang tersebut harus banyak membaca. Membaca bukan hanya membuat kaya akan pengetahuan, namun juga mampu membuat karakter menjadi jauh lebih dewasa.

Dari sebuah bacaan dapat mengenal berbagai macam nilai positif yang negatif sehingga dapat membentuk kesadaran emosional dan moral sedari dini, bacaan pun dapat membentuk karakter diri. Demikian diungkapkan Psikolog Hary Setyowibowo, M.Psi. Hary mengungkapkan, buta huruf masa kini, jika tidak mampu menguasai informasi.

“Orang yang buta huruf saat ini, bukan hanya orang yang tidak bisa baca, tapi juga yang nggak mampu menguasai informasi,” ungkap Hary, seperti dilansir dari Okezone, Kamis, 30 Mei 2013.

Berdasarkan laporan Bank Dunia, Indonesia merupakan negara yang memiliki minat baca paling rendah. Hal tersebut sungguh disayangkan, mengingat sebagai negara besar, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang unggul. Hal inilah yang mesti disiasati khususnya oleh para generasi muda Indonesia.

Lanjutnya, orang baru mampu menguasai informasi apabila memiliki keterampilan membaca. Oleh karena itu, keterampilan membaca patut dikuasai oleh seseorang bahkan sejak umur nol tahun.

“Membaca itu tidak kenal usia. Jika kebiasaan membaca sudah diterapkan sejak umur nol tahun, banyak efek penting yang didapat dan seorang anak akan mampu lebih bijak terhadap dirinya melalui membaca. Dia akan jadi sadar dan tahu mana bacaan ataupun hal-hal yang boleh atau tidak boleh bagi anak kecil,” jelas Hary yang juga dosen Fakultas Psikologi Unpad.

Oleh karena itu, Hary menyarankan untuk banyak membaca buku agar mampu melihat masalah dari berbagai macam sudut pandang. “Bandingkan antara orang yang membaca satu media dengan orang yang membaca banyak media. Orang yang membaca banyak media pasti akan lebih bijak dan punya beragam sudut pandang ketimbang yang membaca satu judul saja,” katanya.

Dia pun mengajak peserta seminar untuk meningkatkan keterampilan membaca agar label Indonesia sebagai negara yang paling rendah minat bacanya dapat terkikis.

“Keterampilan membaca dan menulis itu lebih dari keterampilan tambahan, tapi sudah menjadi keterampilan hidup,” ungkapnya. (saif/ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network