Perjuangan Menteri Susi Seperti Istri Nabi Ibrahim

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (tengah) saat menjelaskan Program Bantuan Kredit Perbankan Untuk Nelayan, kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jumat, 21 Nopember 2014 (santrinews.com/kkp)
Yogyakarta – Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas memuji Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait kejujurannya dan rintisan usaha dari modal kecil hingga sukses.
Bahkan, Busyro menyebut Susi seperti gambaran Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim. “Ibu Susi itu seperti menggambarkan Siti Hajar,” kata Busyro dalam acara dialog antikorupsi di Hotel Grand Tjokro, Yogyakarta, Rabu, 10 Desember 2014.
Busyro menuturkan, sosok Siti Hajar adalah gambaran seorang ibu yang sendirian memperjuangkan air untuk anaknya yang menangis karena haus. Siti Hajar berjuang mencari air di gurun pasir yang kering. Siti Hajar bahkan harus berlari-lari antara Gunung Shofa dan Marwah hingga tujuh.
Sampai akhirnya sang anak, Ismail mengijakkan kaki dan keluar air dari gurun pasir yang kemudian disebut air zamzam. “Ibu Susi merupakan sosok mandiri, berjuang memberi nafkah anak-anaknya,” ujarnya.
Dia menambahkan, meski Susi tidak mempunyai gelar akademis, namun sukses hingga memiliki maskapai penerbangan yang besar, padahal berawal dengan modal kecil. “Anak buahnya sekarang bergelar profesor,” jelasnya.
Menurut Busyro, Susi tergolong perempuan yang memiliki prinsip dan jujur serta berani membuat gebrakan perubahan. “Lihat bagaimana pede -nya menamakan pesawatnya Susi Air. Kalau Busyro Air kan gak pantes,” kata Busyro setengah berkelakar.
Susi adalah wanita kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965. Ia seorang pengusaha, pemilik dan Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau maskapai penerbangan ‘Susi Air’.
Ayahnya bernama Haji Ahmad Karlan dan ibunya bernama Hajjah Suwuh Lasminah, keduanya berasal dari Jawa Tengah, namun sudah lima generasi hidup di Pangandaran.
Keluarga Susi memiliki usaha ternak, memperjualbelikan ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Kakek buyutnya adalah Haji Ireng, yang dikenal sebagai tuan tanah di daerahnya.
Setelah mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP, Susi melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1 Yogyakarta, namun berhenti di kelas 2 karena dikeluarkan dari sekolah akibat keaktifannya dalam gerakan Golput.
Seputus sekolah, Susi menjual perhiasannya dan mengumpulkan modal Rp750.000 untuk menjadi pengepul ikan di Pangandaran pada 1983. Bisnisnya berkembang hingga pada tahun 1996 Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster yang diberi merek “Susi Brand”.
Bisnis pengolahan ikan ini pun meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika. Susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut produk hasil lautnya dalam keadaan masih segar.
Pada 2004, Susi memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp20 miliar menggunakan pinjaman bank. Melalui PT ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya pesawat yang ia miliki itu digunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang.
Saat tsunami Aceh melanda Aceh dan pantai barat Sumatera pada 26 Desember 2004, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi.
Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi. Di saat bisnis perikanan mulai merosot, Susi menyewakan pesawatnya itu yang semula digunakan untuk mengangkut hasil laut untuk misi kemanusiaan.
Selama tiga tahun berjalan, maka perusahaan penerbangan ini semakin berkembang hingga memiliki 14 pesawat, ada empat di Papua, empat pesawat di Balikpapan, Jawa dan Sumatera. Perusahaannya memiliki 32 pesawat Cessna Grand Caravan, sembilan pesawat Pilatus Porter, satu pesawat Diamond star dan satu buah pesawat Diamond Twin star.
Sekarang Susi Air memiliki 49 dan mengoperasikan 50 pesawat terbang beragam jenis.
Susi sempat dua kali bercerai dan kemudian menikah dengan Christian von Strombeck. Dari pernikahan-pernikahannya, ia memiliki tiga orang anak, Panji Hilmansyah, Nadine Kaiser (dari pernikahannya dengan Daniel Kaiser), dan Alvy Xavier.
Beragam penghargaan telah ia terima. Antara lain, Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat (2004), Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia (2005), Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia, Metro TV Award for Economics (2006), Inspiring Women Indonesia 2005 dan Eagle Award 2006 dari Metro TV.
Juga Tokoh Wanita Inspiratif Penggerak Pembangunan, dari Gubernur Jawa Barat (2008), Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2009), Ganesha Widyajasa Aditama Award dari ITB (2011), dan Award for Innovative Achievements, Extraordinary Leadership and Significant Contributions to the Economy, APEC (2011). (hay)