Ulama Al Azhar Mesir Puji Penyebarluasan Islam Moderat di Banyuwangi
![](/image/Azhar Banyuwangi.jpg)
Mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, Syekh Prof Dr Ibrahim Salah Elsayed Soliman Elhodhod, di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Banyuwangi, Selasa, 2 Juli 2019 (santrinews.com/humas)
Banyuwangi – Seorang ulama dunia Syekh Prof Dr Ibrahim Salah Elsayed Soliman Elhodhod, mendukung terus upaya para ulama di Tanah Air dan Banyuwangi yang istiqamah menjaga paham Islam moderat.
Islam moderat yang dimaksud oleh mantan rektor Universitas Al-Azhar Mesir, itu tak lain adalah bentuk dari Islam Rahmatan lil Alamin.
“Islam itu rahmat bagi semesta alam. Alam ini, mencakup semua hal. Tak hanya orang Islam. Semua umat manusia, binatang, dan tumbuhan juga harus merasakan rahmat Islam,” kata Syekh Prof Dr Ibrahim saat ceramah di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Selasa, 2 Juli 2019.
Universitas Al-Azhar sendiri, menurut Syekh Ibrahim, menjadi salah satu pusat peradaban keilmuan yang mengusung Islam moderat (wasathiyah). Meski secara umum merupakan kampus Islam, Al-Azhar tak menutup diri terhadap ilmuwan non-muslim.
Ia mencontohkan bagaimana dulu Al-Azhar menerima Musa bin Maimun (1135-1204 M) yang tak lain adalah seorang Rabbi Yahudi. Namun, karena wawasan tentang ilmu kedokteran yang begitu mendalam, hingga akhir hayatnya Musa diberikan keleluasaan mengajar di Al-Azhar.
“Sampai saat ini, banyak para orientalis yang riset dan keluar masuk masjid di Al-Azhar. Karena keramahan di Al-Azhar, tak sedikit dari mereka kemudian masuk Islam. Meski demikian, kita juga tidak mengusik mereka yang tak mau masuk Islam,” ungkapnya.
Karena itu, imbuh Syekh Ibrahim, janganlah beragama dengan ta’ashub (fanatisme buta). “Pada dasarnya, Islam menolak ta’ashub. Apalagi hingga mengakibatkan perpecahan. Hakikatnya Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah Islam yang damai,” urainya.
Baca juga: Syeikh Al Azhar Akui Islam Nusantara Menjawab Kegelisahan Dunia
Syekh Ibrahim berpesan, keragaman agama, suku dan bahasa di Indonesia adalah sebuah anugerah yang harus dijaga. Jangan sampai hancur berantakan karena sikap ta’ashub umat Islam itu sendiri. Kedamaian di Indonesia ini, mengingatkannya pada masa Nabi Muhammad tatkala hijrah ke Madinah. Semua umat hidup rukun di sana.
“Saat Nabi ke Madinah, beliau memberi kebebasan bagi masyarakat Madinah memeluk agama apapun. Bahkan, yang paling banyak adalah orang-orang yang tak bertuhan. Nabi tak mengusiknya. Kecuali ketika mereka mengkhianati perjanjian yang telah disepakati bersama,” ujarnya.
Komitmen Kehormanisan Beragama
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengharap, apa yang disampaikan oleh Syekh Ibrahim tersebut bisa menjadi motivasi baru untuk memperkuat persatuan umat di Banyuwangi. Pemahaman Islam yang moderat harus terus didakwahkan di Bumi Blambangan.
“Apa yang disampaikan oleh Syekh Ibrahim ini bisa digetoktularkan kepada yang lain. Sehingga faham beragama yang moderat ini, bisa menjadi jangkar agar masyarakat Banyuwangi tetap damai dalam keragaman agama,” harap mantan ketua umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) tersebut.
Baca juga: Bangun Solidaritas, Bupati Anas Kumpulkan Tokoh Lintas Agama
Selama ini, tambah Anas, kerukunan beragama di Banyuwangi telah terjaga dengan sangat baik. Namun, bukan berarti bebas dari upaya-upaya pihak yang tak bertanggungjawab untuk merusaknya.
“Mari terus kita jaga keharmonisan ini. Jangan sampai terkoyak oleh sesuatu yang kecil, seperti halnya perbedaan pandangan politik atau hal lainnya,” pungkasnya. (rus/onk)