Kongres PMII XVIII

Zaini Mustakim Lanjutkan Spirit Mahbub Djunaedi

M Zaini Mustakim, Kandidat Ketua Umum PB PMII (santrinews.com/istimewa)

Jambi – M Zaini Mustakim berrkomitmen akan berkompetisi dalam perebutan ketua umum PB PMII di Kongres PMII XVIII yang tengah berlangsung di Jambi.

Mandat rekomendasi dari PC PMII Malang, tempat ia menempa diri, merupakan modal awal berkompetisi dengan sejumlah kandidat lainnya. Zaini pun telah menyiapkan peta jalan bagi kondisi PMII 2030.

Visi PMII dalam situasi Multipolaritas 2030 yang melandasi ia maju dalam bursa kepemimpinan nasional di PMII adalah berakar dari keislaman dan kebangsaan.

Zaini Mustakimi meneguhkan sebuah visi keislaman inklusif, toleran, dan moderat di tengah kompetisi kekuasaan global di Asia. Sementara visi kebangsaan PMII 2030 adalah kehidupan kebangsaan yang berlandaskan Demokrasi-Militan bagi warga negara.

“PB PMII kedepan harus menjalin komunikasi kritis dengan kekuatan kaum muda “˜primus inter pares’ di China, Amerika dan ASEAN,” ujarnya.

Komunikasi kritis ini, kata Zaini Mustakim, mewarisi spirit Mahbub Djunaedi ditengah kondisi perang dingin yang melanda Indonesia pada awal pergerakan PMII. Kala itu, PB PMII mengambil sikap untuk tidak terseret dalam permainan bipolaritas perang dingin US vs Sovyet.

Analogi (qiyas) dengan situasi itu, menurut Zaini Mustakim, kedepan PB PMII menggunakan ajaran teologis keislaman dan kebangsaan untuk tidak terjebak pada situasi bipolar Asian Cold War dan G2 Condominium.

Ia menegaskan, klaim “˜negara agama’ yang dikampanyekan beberapa elemen mahasiswa dan elemen masyarakat sejak peristiwa terorisme beberapa tahun lalu harus disikapi dengan sikap visioner. Pertama, PMII mempertahankan keislaman dan kebangsaan dengan tidak terjebak pada situasi perang dingin Asia yakni blok kompetitif Amerika vs China.

Kedua, PMII tidak terjebak pada Pakta JIKAS (Jepang, India, Korea dan Asean) vs Pakta China (plus Pakistan dan negara kecil Asia Tenggara), dengan Amerika yang memainkan peran penyeimbang antar kedua pakta itu.

Ketiga, mempertahankan keislaman dan kebangsaan dalam tatanan bipolar kooperatif. PB PMII harus aktif berkomunikasi dan kritis dengan pemerintah NKRI untuk mengantisipasi rivalitas kekuatan ekonomi Amerika dan China di Indonesia, sehingga masyarakat Islam di Indonesia tidak dirugikan.

“Visi besar (PMII) itu sejatinya untuk menjalankan warisan spirit (alm) Mahbub Djunaedi (pendiri dan ketua umum PB PMII pertama),” tandasnya. (ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network