Husein Muhammad, Kiai Laki-Laki yang Ulama Perempuan

Haru. Bangga. Bahagia. Itulah yang kami rasakan sejak melewati berderet karangan bunga dan banner ucapan selamat kepada KH Husein Muhammad atas anugerah Doktor Honoris Causa di teras dan halaman auditorium UIN Walisongo Semarang, Selasa pagi, 26 Maret 2019.
Berulangkali mata ini mbrebes mili. Shalawat Musawah yang indah berkumandang. Hati bergetar.
Prof Nasararuddin Umar sebagai promotor dan Rektor memberi sambutan. Ada spirit bergelora. Kiai Husein bicara. Seperti biasa, mencerahkan dan menggugah kesadaran. Kutipan-kutipan dari para bijak bestari menghadirkan renungan. Doa yang dibacakan bu Nyai Afwah? Menggetarkan.
Selebihnya, ketemu kawan seperjuangan, sahabat dan kolega yang lama tak jumpa, para kiai dan bu nyai adalah kebahagiaan tersendiri. Apalagi tuan rumah Profesor Doktor Kiai Imam Taufik dan Ibu Nyai doktor Arihah begitu sempurna memanjakan kami-kami sejak datang hingga pulang. Dan, dihadirkannya KUPI untuk memberi ucapan selamat di panggung Rapat Senat Terbuka, adalah sebuah kehormatan.
Penghargaan untuk Kiai Husein ini tak semata bermakna pengakuan atas reputasi keilmuan dan dedikasi beliau di bidang tafsir gender, melainkan juga pengakuan dunia akademik atas tradisi keilmuan pesantren yang progresif yang berpadu dengan aktivisme dan gerakan sosial-kultural.
Angkat topi setinggi-tingginya untuk UIN Walisonho atas prakarsa ini. Semoga ke depan makin banyak kiai dan bu nyai, para mutiara pesantren memperoleh anugerah serupa.
Untuk teman-teman Fahmina yang kompak dan kreatif mensupport total acara spesial ini, semoga semua kelelahan yang dicurahkan memperolah ganjaran dari Allah dan melempangkan jalan kebaikan ke depan.
Dalam keterbatasan waktu, inilah tulisan singkat saya tentang kiai Husein dalam buku kumpulan testimoni yang dikompilasi oleh Tim Fahmina:
Kiai Laki-Laki yang Ulama Perempuan
Itulah sebutan yang mungkin tepat bagi Kiai Husein. Tokoh yang telah menjadi ikon ulama Indonesia yang aktif membangun wacana keadilan dan kesetaraan gender dalam Islam mengenai berbagai isu, tak pernah henti menggugah kesadaran, sekaligus telaten memformulasikan pikiran dan cita-citanya dalam gerakan.
Nama Kiai Husein melekat sangat kuat saat disebut Fahmina, Rahima, KUPI dan Alimat. Ya beliau adalah kiai laki-laki yang ulama perempuan karena keulamaannya disertai pemahaman mendalam dan pemihakan yang nyata kepada kaum perempuan dengan dalil yang sangat bisa dipertanggungjawabkan.
Sungguh wajar dan tepat jika gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Tafsir Gender disematkan padanya. Puluhan tahun beliau telah mendedikasikan ilmu dan hidupnya untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan dalam Islam.
Salut untuk UIN Semarang dan para promotor yang telah berperan dalam proses ini: Prof Dr KH Nasaruddin Umar, Prof Dr KH Imam Taufik, dan Prof Dr Nyai Istibsjaroh al Hafidzah.
Saya bersyukur dipertemukan Allah dengan beliau sejak lebih 20 tahun lalu di mana pertemuan pikiran, gagasan, cita-cita dan gerakan itu terus berlangsung hingga kini. Banyak sekali yang saya pelajari dari beliau. Tak hanya pengetahuan dan cara berpikir, tapi juga laku hidup.
Saya bersyukur kepada Allah telah dipertemukan dengan seorang kiai yang lahir dari lingkungan pesantren tradisional, tapi pikirannya sangat progresif. Ulama yang menguasai literatur klasik Islam, tapi sangat cepat beradaptasi dengan isu-isu modern dan kontemporer.
Tokoh yang pikirannya terwujud dalam tindakan personal dan terwadahi dalam gerakan yang aktif melakukan perubahan sosial. Figur yang namanya tercatat selama beberapa tahun dalam 500 muslim paling berpengaruh di dunia dan menerima penghargaan-penghargaan internasional lainnya, namun kesehariannya tak beda dengan kiai kampung yang mengakar dengan lingkungan sekitar.
Ulama yang sangat produktif menulis dan sekaligus aktif menyampaikan pikiran-pikirannya melalui berbagai momen dan media. Dan yang sangat mengagumkan, beliau konsisten mendukung dan mendorong perempuan menjadi pemimpin di ruang publik dan agama yang biasanya didominasi laki-laki, bahkan di saat perempuan yang didukungnya itu sendiri merasa kurang percaya diri.
Semoga Allah karuniai beliau umur panjang dalam sehat, berkah dan manfaat. Sukses terus dan selalu menjadi inspirasi kami, kiai…! (*)
Hj Badriyah Fayumi, Lc, MA, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an Wal Hadits, Bekasi.