Korupsi & Prostitusi Akibat Kegagalan Penganggaran

Penganggaran merupakan salah satu mata kuliah dalam jurusan akuntansi. Mata kuliah tersebut masih satu rumpun dengan akuntansi, namun lebih spesifik pada perencanaan keuangan di masa yang akan datang. Penyusunannya sangat dipengaruhi oleh history laporan keuangan dari priode sebelumnya.

Posisi penganggaran sangat strategis dalam kemajuan entitas, prediksi laba perusahaan untuk periode yang akan datang dapat tercermin dalam penganggaran yang telah disusun.

Tidak hanya itu, jika diibaratkan kita dalam kegelapan malam maka penganggaran sama seperti senter untuk digunakan agar kita bisa mencapai tujuan. Terang tidaknya senter akan mempengaruhi waktu tiba kita pada tujuan.

Penganggaran yang andal juga sama seperti senter kegelapan malam, akan menjadi sebuah alat pengambilan keputusan yang dapat diandalkan dalam memprediksi laba pada entitas yang akan datang.

Selain itu, penganggaran berfungsi sebagai manajemen kontrol khususnya dalam pengelolaan keuangan entitas. Salah satu dasar penyusunan biaya entitas bersumber dari penganggaran. Salah satu informasip penganggaran adalah kemampuan keuangan entitas dalam suatu priode berjalan.

Apakah suatu entitas mampu memproduksi barang jadi sesuai permintaan? Keterjangkauan bahan baku hingga biaya tenaga kerja langsung? Semua itu dapat tergambarkan dalam penganggaran yang andal.

Saya kira pengantar di atas sudah cukup untuk memberikan sedikit gambaran terkait penganggaran dalam entitas, bahwa posisinya sangat menentukan kemajuan sebuah perusahaan. Tapi bagaimana posisi penganggaran dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga maupun individu.

Jika penganggaran dapat mempengaruhi keberlangsungan sebuah entitas, apakah juga demikian dengan kehidupan individu? Mungkin hal ini jarang atau bahkan tidak pernah dibahas secara serius dalam perkuliahan akuntansi.

Idealnya sebuah penganggaran yang andal akan lahir dari seorang akuntan yang sudah paripurna dalam mengatur Penganggaran kehidupannya sendiri.

Seorang filosof yang berkeinginan mengubah dunia, namun akhirnya tidak mampu maka ia urungkan niatnya untuk mengubah negaranya. Kemudian hal tersebut juga tidak bisa ia tunjukan hingga ia turunkan untuk mengubah lingkungannya.

Dengan demikia sama saja ia tetap tidak bisa, hingga ia memutuskan untuk mengubah keluarganya tapi apa yang terjadi?. Kegagalan kembali ia temukan, sehingga sebelum ia mencapai ujung dari hidupnya ia memutuskan untuk mengubah dirinya sendiri sebagai awal perubahan.

Sepotong dari cerita di atas sedikit dapat menggambarkan bahwa perubahan harus dimulai dari diri sendiri, termasuk dalam penganggaran.

Saya ingin disampaikan bahwa penganggaran bukan hanya mengenai keuangan. Tapi lebih jauh dari itu, penganggaran dapat membentuk karakter hingga masa depan kita sebagai individu. Karena penganggaran masa depan kita cerah juga sebaliknya karena kegagalan penganggaran hidup kita menjadi tidak terkontrol hingga berujung pada kasus pidana.

Mungkin ada yang bertanya, seberapa besar pengaruh penganggaran dalam kehidupan manusia hingga mampu memberhentikan roda kehidupannya?.

Dalam tulisan yang singkat ini saya akan memberi sedikit uraian mengenai kegagalan penganggaran dalam kehidupan individu, hingga harus berurusan dengan hukum, mengenakan pakaian ‘orange’, hingga menginap di balik jeruji besi dengan tanpa biaya hidup.

Pertama, kegagalan penganggaran merupakan salah satu penyebab korupsi oleh individu, khususnya mereka yang menduduki jabatan strategis di pemerintahan. Jika kita lihat tren penanganan kasus korupsi di portal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sepanjang 2014-2018 kasus korupsi cenderung meningkat.

Jika kita melihatnya dari sisi penegakan hukum bahwa pemerintah melalui KPK telah berhasil melaksanakan tugasnya dalam pemberantasan korupsi.

Berbeda jika kita melihatnya dari sudut penganggaran, bahwa data tersebut memberikan gambaran bahwa sebagian besar pejabat di Indonesia telah gagal dalam menyusun penganggaran hidupnya sebagai individu.

Kenapa saya katakan demikian, jika mereka mapan dalam penganggaran hidupnya maka tentu ia menyusunnya sesuai dengan kemampuan keuangan atau penghasilannya. Tidak melihat keuangan yang mereka kelola atau diamanahkan sebagai pejabat negara bagian dari kemampuan keuangan pribadinya.

Hal inilah yang mendorong dalam perilaku korupsi bagi para pejabat, karena menganggap amanah sebagai bagian dari potensi penganggaran pribadinya. Ini perlu dipahami, bukan hanya pejabat tapi setiap individu agar tidak memasukan keuangan publik atau organisasi ke dalam keuangan pribadinya.

Sekali lagi, hal tersebut akan mendorong untuk memanfaatkan potensi keuangan di sekitar individu dalam penganggaran pribadi yang sebenarnya tidak masuk dalam hak individu bersangkutan.

Kedua, penganggaran melampaui kemampuan menghasilkan pendapatan oleh individu bersangkutan. Artinya bahwa penganggaran dan realitas keuangan yang ada terlalu jauh sehingga mustahil untuk merealisasikannya. Kecuali dengan penyelewengan dalam menghasilkan anggaran yang diharapkan.

Salah satunya adalah penyelewengan jabatan yang ujungnya adalah korupsi serta penyelewengan nilai kemanusian yang berujung pada eksploitasi kehormatan atau yang masih hangat dalam ingatan kita adalah terbongkarnya kasus prostitusi online yang melibatkan beberapa selebriti tanah air.

Dorongan untuk terjun dalam dunia gelap merupakan salah satu kegagalan dalam penganggaran dalam kehidupan individu.

Biaya hidup yang terlampau tinggi membuat arus kas kehidupannya selalu membutuhkan suntikan dana setiap saat. Hingga salah satu jalan untuk menambalnya adalah prostitusi. Artinya bahwa penganggaran hidupnya tidak sesuai dengan kemampuan keuangan seharusnya.

Kedua uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya sebuah penganggaran. Bukan hanya pada entitas, tapi dalam kehidupan individu.

Kegagalan penganggaran individu akan merenggut hak orang lain seperti halnya korupsi mengambil hak warga negara dan menciderai nilai kemanusiaan kita seperti halnya prostitusi yang akhirnya tidak hanya berdampak pada individu yang bersangkutan tapi merembes kepada keluarga, lingkungan atau lebih luas lagi. (*)

Muhammad Aras Prabowo, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, Penulis Buku “Akuntansi Dalam Kebudayaan Bugis”.

Terkait

Opini Lainnya

SantriNews Network