Hasil Investigasi
MUI Tulungagung Temukan Prostitusi Terselubung
Tulungagung – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengonfirmasi telah melakukan investigasi ke dua kompleks bekas Lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu, karena diduga masih menjadi ajang prostitusi terselubung dengan berkedok kafe karaoke dan warung kopi.
“Awalnya MUI tingkat I yang terjun ke lokasi itu diam-diam. Ternyata memang masih ada prostitusi. Kami lalu bentuk tim dan memang hasilnya sama meski tak sebesar dulu,” kata Ketua MUI Tulungagung, KH Hadi Mahfudz di Tulungagung, seperti dilansir Antara, Selasa, 17 Februari 2015.
Kendati tidak sebanyak dulu, kata Gus Hadi, praktik prostitusi masih dilakukan para pemandu lagu ataupun pelayan warung kopi yang memang berlatar belakang mantan pekerja seks komersil.
Ia mengklaim, sebelum tim diterjunkan sudah banyak laporan dari masyarakat yang masuk ke MUI terkait kegiatan prostitusi terselubung di bekas Lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu, Ngunut.
Hal senada diungkapkan Duta Anti Narkoba Tulungagung, Nyadin. Menurut dia, kegiatan porstitusi di eks-Lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu itu sudah dilakukan secara terbuka. Indikasi itu, kata dia, berdasarkan hasil investigasi tim di dua lokasi tersebut.
“Kami sudah evaluasi bersama beberapa LSM, dan porstitusi masih ada, terjadi dan berjalan,” ungkapnya.
Bukan hanya porstitusi, lanjut Nyadin, di dua eks-lokalisasi itu ditengarai juga menjadi pusat peredaran minuman keras, narkoba serta perjudian.
Karenanya, pihak MUI dan para deklarator penutupan lokalisasi akan mengadakan audiensi lagi bersama bupati dan kapolres serta Satpol PP.
“Di lokasi itu (eks-lokalisasi Ngujang dan Ngunut) sepertinya menjadi perkampungan minuman keras. Ini harus diberantas, karena bisa menjadi sumber kejahatan,” jelasnya.
Dua lokasi bekas pusat pelacuran terbesar itu telah ditutup oleh Bupati Tulungagung saat itu Heru Tjahjono dan disaksikan sejumlah pejabat Kementrian Sosial RI pada 2011.
Menurut Gus Hadi, aktivitas prostitusi yang masih terus berjalan di kedua eks lokalisasi itu menunjukkan mekanisme pengawasan pemerintah lemah.
“Satu-satunya jalan dua tempat itu harus ditutup total,” tegasnya. (saif/ahay)