Hari Santri Nasional

Gus Thoriq: Janji Jokowi Hari Santri 1 Muharram, Bukan 22 Oktober

Joko Widodo saat memperlihatkan surat yang menjanjikan tanggal 1 Muharam akan menjadi Hari Santri Nasional di Pondok Pesantren Babussalam, Malang, 27 Juni 2014. (santrinews.com/tempo)

Malang – Inisiator Hari Santri Nasional, KH Thoriq Bin Ziyad menganggap, semangat hari santri tak tepat jika ditetapkan pemerintah pada 22 Oktober.

Menurutnya, pada tanggal 22 oktober adalah lebih mengacu pada semangat resolusi jihad. Dari resolusi jihad inilah yang kemudian mengantarkan para santri turut memegang senjata melawan penjajah hingga meletuslah perang kemerdekaan pada 10 Nopember 1945 di Surabaya.

“Mudah-mudahan Presiden Jokowi tidak menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Sebab 22 Oktober itu manunggal dengan semangat hari Pahlawan 10 Nopember,” tegas Gus Thoriq, sapaan akrab Pengasuh Pondok Pesantren Babussalam di Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.

Dia mengatakan, 22 Oktober sudah berkaitan dengan semangat hari pahlawan 10 Nopember. Sehingga, merayakan dan memperingati 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, dirasa kurang tepat.

“Kemenangan Jokowi saat Pilpres lalu karena ada kontrak politik tentang hari santri nasional. Harapanya adalah, terhadap hari santri harus direalisasikan sesuai janji Jokowi yakni pada tanggal 1 Muharram. Bukan 22 Oktober,” tuturnya.

Gus Thoriq melanjutkan, dalam perayaan setahun kepemimpinan Jokowi, ia berharap nazar atau janji Presiden pada satu muharram sebagai hari santri, haru diwujudkan.

Bukan pada 22 Oktober. Kalau berbeda dan tidak pas sesuai janji Presiden saat Pilpres, hal ini kurang bagus.

“Hari santri nasional harus 1 Muharram. Itu nazar Presiden. Janji Presiden. Realisasikan juga nawa cita poin ke delapan tentang pengembangan pondok pesantren dan kesejahteraan guru ngaji di seluruh Indonesia,” pungkasnya (rus/bejat)

Terkait

Politik Lainnya

SantriNews Network