Pilgub Jatim 2018

Hasil Pertemuan Muslimat NU-PWNU Dipelintir, Nyai Masruroh: Muslimat NU Makin Solid Dukung Khofifah

Pengurus Muslimat NU silaturahim dengan syuriah dan tanfidziyah PWNU Jatim di Kantor NU Jatim di Jl. Masjid Al Akbar Timur, Surabaya, Selasa, 13 Maret 2018 (santrinews.com/ist)

Surabaya – Ketua PW Muslimat NU Jawa Timur Nyai Hj Masruroh Wahid merasa meluruskan hasil pertemuan antara pengurus PW Muslimat NU Jatim dengan PWNU Jatim, di Kantor NU Jatim di Jl. Masjid Al Akbar Timur, Surabaya, Selasa, 13 Maret 2018, kemarin. Pasalnya, resume yang sengaja disebar di grup media sosial dibuat secara sepihak dan dipelintir.

Menurut Masruroh, pertemuan itu selain silaturahim PWNU dengan Banom, sekaligus tabayyun (klarifikasi) soal surat tugas yang yang dikeluarkan PW Muslimat NU Jatim tentang sosialisasi dan pemenangan Ketua Umum PP Muslimat NU Jatim, Khofifah Indar Parawansa di Pilgub Jatim 2018.

“Saya katakan dalam pertemuan kemarin, kalau itu (surat) dianggap sebuah kesalahan, maka itu kekhilafan saya pribadi. Bukan salah siapa-siapa. Bukan salah pengurus, apalagi Bu Khofifah karena beliau tak tahu menahu soal itu,” katanya saat dikonfirmasi wartawan, Rabu siang, 14 Maret 2018.

“Jadi saya enggak ujug-ujug minta maaf dan seolah-olah Muslimat NU dalam pertemuan kemarin itu sebagai pesakitan yang diadili. Bukan begitu! Sebagai ketua saya minta maaf dan siap disanksi, kalau memang (surat) itu dianggap salah. Kalau dianggap salah!” tambahnya memberi penekanan.

Masruroh bersama pengurus harian sengaja datang untuk memberi klarifikasi, agar harmonisasi NU dan Muslimat NU tetap terjaga meski ada perbedaaan pilihan dalam Pilkada. Bagaimanapun Muslimat NU butuh NU dan NU juga butuh Muslimat NU.

“Muslimat NU yang kegiatannya luar biasa itu semuanya dipersembahkan untuk kebesaran NU. Saya juga matur ke para kiai di situ, Muslimat tanpa NU juga bukan Muslimat NU,” katanya.

Selebihnya, pertemuan berlangsung sangat cair, lugas, kondusif dan penuh ukhuwah sesama warga NU. “Tapi ya itu kemudian ada yang melintir-melintir sedemikian rupa. Tapi ya enggak apa-apa karena yang terjadi tidak seperti (resume) yang disebar itu,” tandasnya sambil tersenyum.

Bahkan, dalam pertemuan tersebut, PWNU sama sekali tidak keberatan kalau Muslimat NU mendukung ketua umumnya di Pilgub Jatim 2018. Hanya saja, dalam mendukung jangan sampai memakai simbol organisasi yang bisa mengkerdilkan NU dan merusak ukhuwah Nahdliyah.

PWNU memaklumi kalau berbeda pilihan di Pilkada itu wajar,” tegasnya.

Masruroh juga meluruskan surat penugasan yang seolah-olah dibuat untuk seluruh pimpinan cabang (PC). “Saya amati ada pengantar yang salah dari pembawa acara dalam pertemuan kemarin, kayaknya saya ini membuat surat untuk seluruh Ancab (anak cabag/PAC) di Jatim, padahal tidak,” katanya.

Hal itu kemudian dijelaskan di hadapan para kiai, bahwa tidak ada satu surat pun yang ditujukan ke PC terkait sosialisasi dan pemenangan Khofifah, kecuali penugasan ke fungsionaris PC Muslimat NU Kabupaten Malang karena memang ada kondisi dan pertimbangan khusus.

“Cuma memberi tugas kepada Bu Anisah Mahfud dan Musrifah Hadi agar ikut sosialisasi ke Ancab dan ranting (tingkat desa). Sebab, ada kebuntuhan di sana setelah ketua cabangnya (Khofidah) merangkap tim sukses (Gus Ipul-Puti) walaupun sekarang sudah menyatakan mundur. Jadi itu ada kekhususan yang tidak terjadi di cabang lain,” jelasnya.

Masruroh menegaskan, pasca pertemuan dengan PWNU justru dukungan Muslimat NU untuk Khofifah semakin semakin solid, karena para kiai di struktural PWNU juga tak mempermasalahkan. Hanya meminta agar memperhatikan rambu-rambu, tidak membawa siombol NU dalam memberi dukungan.

“Dukungan kita (Muslimat NU) dari ke hari juga semakin kuat. Kalau warga Muslimat NU tetap utuh. Kita terus kondisikan, Ancab juga semakin solid. Wong (Khofifah) itu ibunya, masa ibunya ditinggal, kan tidak,” tandasnya. (*)

Terkait

Politik Lainnya

SantriNews Network