Pilkada DKI, Survei: Pemilih Toleran Mayoritas Pilih Ahok
Jakarta – Lembaga survei Sinergi Data Indonesia (SDI) dalam rilis terbarunya menyebutkan bahwa 70,14 persen pemilih di DKI memiliki toleransi tinggi (toleran) dan yang memiliki toleransi rendah (intoleran) sebanyak 29,86 persen.
Direktur SDI M Barkah Pattimahu mengatakan, kriteria yang toleran yaitu hidup bertetangga dengan berbeda agama, mengucapkan selamat atas perayaan hari besar agama lain, perayaan dan ritual keagamaan di lingkungan tempat tinggal, menyikapi perbedaan agama dalam keluarga, serta perbedaan pendapat tentang agama.
Kepada pers di Jakarta, Ahad 2 Maret 2017, Barkah menjelaskan, survei SDI itu dilaksanakan pada 10-17 Mei 2017 dengan responden sebanyak 600 orang, metode multistage random sampling, tingkat kesalahan sekitar 4,08 persen dan menggunakan instrumen kuesioner, tatap muka dan wawancara kepada responden.
Barkah mengatakan, survei menemukan pemilih toleran cenderung memilih pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat sebanyak 51,89 persen responden, sedang yang memilih pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebanyak 39,49 persen, dan yang tidak menjawab 8,62 persen.
Survei juga menemukan, pemilih Jakarta sebagian besar adalam pemilih rasional (cerdas) sebanyak 50,20 persen responden, pemilih sosiologis 31,20 persen responden, pemilih psikologis 17 persen responden dan yang tidak menjawab 1,60 persen responden.
Selain itu, tingkat kepuasan atas Basuki Tjahaja Purnama tinggi atau sebanyak 74,80 persen responden, sedang yang tidak puas sebanyak 24 persen responden, dan yang tidak menjawab sebanyak 1,20 responden.
Mayoritas publik menilai kondisi Jakarta saat ini lebih baik dibanding lima tahun lalu mencapai 75,80 persen responden, sedang yang menilai sama saja sebanyak 20,60 persen, berubah menjadi buruk 3 persen responden dan yang tidak menjawab 0,60 persen responden.
Barkah menjelaskan, terdapat “swing voters” 17,94 persen suara akan menentukan kedua cagub pada pemilihan putaran II, 19 April 2017. Basuki-Djarot akan mengandalkan program dan capaiannya, serta berpotensi meraih pemilih rasional dan toleran, sementara Anies-Sandi akan meraih suara dari pemilih sosiologis.
“Sisa dua minggu masa kampanye putaran dua, pasangan cagub harus tampil maksimal, khususnya saat acara debat kandidat pada 12 April 2017 sebagai arena pertarungan gagasan untuk meyakinkan pemilih toleran dan rasional,” pungkasnya.
Aditya Perdana penanggap diskusi dosen FISIP UI mengatakan, debat kandidat pada 12 April 2017 akan menentukan siapa yang akan memperoleh suara terbanyak pada pilgub DKI Jakarta putaran II. (us/ant)