Suara Kritis pada Nabi Muhammad SAW

Mayoritas umat Islam memandang Nabi Muhammad SAW sebagai figur ideal. Tak ada cacat sedikit pun. Beliau manusia sempurna. Berbagai panggilan mulia disematkan kepadanya; Nabi SAW adalah cahaya di atas cahaya (nurun fauqa nur).

Allah sendiri menegaskan dalam al-Qur’an bahwa diutusnya Muhammad SAW sebagai Rasulullah merupakan rahmat bagi seluruh alam semesta. Sumber-sumber naqli menyebutkan, “jika tidak karena engkau (Muhammad), maka Aku tak akan menciptakan alam semesta”.

Namun, sebagian orang Islam menganggap pandangan di atas sebagai pandangan yang mengultuskan. Mereka ingin memposisikan Nabi SAW secara lebih manusiawi dan proporsional.

Menurut pandangan kedua ini, sebagaimana manusia lain, Nabi SAW juga bisa gagal. Mekah adalah saksi kegagalannya, sementara Madinah adalah bukti kesuksesannya.

Dan menurut mereka, kesuksesan itu tercapai hanya karena ada sistem yang menopangnya, yaitu khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.

Cara pandang kritis terhadap Nabi SAW itu memang bukan cara pandang mainstream di lingkungan umat Islam. Tapi bagaimanapun pandangan itu selalu ada dan terus hidup, dari dulu hingga sekarang. Tak pernah ada matinya. Suka atau tidak suka, begitulah fakta sejarahnya. (*)

Selasa, 9 Januari 2017

Terkait

Tarikh Lainnya

SantriNews Network