Selamat Jalan Abahku, KH Ghazali Ahmadi

Abah, ananda sebenarnya belum siap untuk ditinggal Abah selamanya. Ananda masih membutuhkan nasehat dan bimbingan Abah.

Karena, bagi ananda, Abah bukan hanya ayah yang baik melainkan juga guru yang baik. Ananda mengaji banyak kitab sama Abah, mulai dari kitab-kitab dasar seperti Syarah Jurumiyah, Mutammimah, hingga kitab rumit seperti Ibnu Aqil. Makasih banyak Abah untuk ilmu yang sudah diajarkan buat ananda.

Bagi Ananda, Abah adalah seorang pembelajar sepanjang hayat. Selalu minta dikirimi kitab-kitab. Dan kitab itu selalu Abah baca, diberi catatan berupa coretan-coretan dipinggir kitab. Demikian asyik membaca kitab kadang hingga larut malam.

Tapi Abah, Allah menghendaki Abah dipanggilnya sekarang. Bukan nanti, tapi pagi ini, Jumatt 16 Juli 2021. Ananda dan keluarga besar Pondok Pesantren Zainul Huda Arjasa Sumenep berduka dengan kepergian Abah.

Sekarang tidak ada lagi Abah yang selalu menelpon Ananda untuk dikirimi kitab ini dan kitab itu. Tak ada lagi Abah yang mengisahkan Sahabat ini dan Sahabat itu, kisah nabi ini dan nabi itu. Tak ada lagi Abah yang menceritakan dengan penuh semangat kisah perjuangan guru tercintanya, KHR As’ad Syamsul Arifin. Tidak ada lagi telpon berdering hanya untuk menanyakan kesehatan ananda.

Tapi Abah, Ananda bahagia. Abah menjemput kematian dengan indah, dengan zikir dan tahlil. Abah tak mengeluhkan sakit apa-apa selain lemas saja. Tak ada demam, tak ada batuk flu, tak ada sesak nafas, tak ada sakit kepala, saturasi masih cukup normal (98), tekanan darah masih 120/84.

Sebelum meninggal dunia, Abah juga sudah lama mempersiapkan liang lahatnya sendiri, kain kafannya sendiri, tempat untuk dimandikannya juga sendiri. Karena Abah tak ingin merepotkan orang lain termasuk anak-anaknya.

Semua keinginan Abah sudah dipenuhi Allah; ingin meninggal dunia di rumah sendiri bukan di rumah sakit atau di tempat yang jauh, ingin meninggal pada Hari Jumatt, ingin meninggal dengan sakaratul maut yang mudah, tidak ingin meninggal dengan sakit yang lama dan parah.

Ya Allah, ampunilah segala kekhilafan-kekhilafan Abahku dan terimalah segala amal ibadah Abahku. اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه

Untuk pengurus NU dari ranting sampai cabang serta masyarakat yang mengenal Abahku, maafkanlah sekiranya Abah punya kesalahan. Untuk umat yang sering mendengarkan ceramah-ceramah Abah, jika Abah punya salah, tolong maafkan. Untuk masyarakat sekitar Pondok Pesantren Zainul Huda, jika Abah punya salah, mohon dimaafkan.

Untuk keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Sukorejo Situbondo terutama Almukarram Kiai Azaim, sekiranya Abah punya kesalahan-kesalahan selama puluhan tahun mondok di Sukorejo, atas nama keluarga saya memohonkan maaf untuk Abah.

Abahku, yang masyarakat sering menulis namanya dengan kiai, KH Ghazali Ahmadi (Lahir 04 Mei 1945 dan wafat Jumat 16 Juli 2021, dalam usia 76 tahun). Selamat jalan, Abah. Mohon maaf jika ananda tak maksimal mengabdi buat Abah dan mohon maaf juga kalau ananda punya banyak kesalahan.

Ya Ayyatuha al nafsu al-muthma’innah irji’ ila rabbiki radhiyatan mardhiyah. (*)

Jumat, 16 Juli 2021
Salam,

Abdul Moqsith Ghazali

Terkait

Uswah Lainnya

SantriNews Network