Undang 39 Ulama Kalsel ke Istana, Jokowi Bahas Persoalan Bangsa

Sejumlah ulama dari Kalimantan Selatan menuju Istana Negara, Jakarta (santrinews.com/detik)
Jakarta – Sebanyak 39 ulama dari Kalimantan Selatan (Kalsel) menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta. Ada sejumlah hal yang dibahas dalam pertemuan sekitar 2 jam tersebut.
Mereka berasal dari sejumlah organisasi, di antaranya Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kalsel. Para ulama dijamu makan siang sebelum berbincang dengan Jokowi.
Baca: Bersama Ulama NU, Presiden Jokowi Optimis Bisa Atasi Masalah Bangsa
Juru bicara perwakilan ulama Kalsel, Abdul Hafiz Anshari mengatakan Jokowi menyambut hangat pertemuan tersebut. Jokowi berharap hubungan ulama dengan pemerintah terus terjalin baik.
“Kami para ulama dari Kalsel mendapatkan kesempatan diundang oleh Bapak Presiden untuk bersilaturahmi. Alhamdulillah suasana pertemuan sangat menggembirakan, akrab, dan hangat,” kata Hafiz di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa, 13 Maret 2018.
“Beliau juga menyampaikan beberapa persoalan terkait kehidupan berbangsa dan bernegara. Beliau sangat berharap kerja sama pemerintah dengan ulama bisa berjalan dengan baik,” sambungnya.
Baca Juga: Jokowi Presiden Paling Rajin Silaturahmi ke Ulama-Habaib
Hafiz menampik bila dikatakan bahwa pertemuan tersebut juga membicarakan soal dukungan terhadap Jokowi pada Pilpres 2019 maupun soal cawapres Jokowi.
“Walaupun tadi malam sebenarnya ada pembicaraan, kita tidak sampaikan kepada beliau karena kita berfokus pada upaya bagaimana menangani masalah narkoba, masalah bangsa dan negara. Hasil pertemuan tidak kita sampaikan kepada beliau,” kata Ketua KPU periode 2007-2012 itu.
Baca Juga: Jokowi Imami Salat Dhuhur Berjamaah di Kantor Muhammadiyah
Meski demikian, Hafiz menyebut para ulama Kalsel memiliki harapan terhadap sosok yang akan dipilih menjadi calon pendamping Jokowi pada Pilpres 2019.
“Kita berharap, di samping memiliki kapabilitas dan kapasitas sebagai pendamping beliau, itu memiliki nuansa keagamaan karena Indonesia ini, apa pun alasannya, adalah negara yang agamis. Kita berharap pendamping beliau memiliki kepedulian dan kemampuan yang cukup di bidang keagamaan,” kata Hafiz. (us/dtk)