Film “Penjuru 5 Santri” Ajari Indonesia Belajar pada Pesantren

Sutradara, para pemain dan kru film Penjuru 5 Santri berpose di depan pintu masuk Tunjungan Plaza Cinema 21 Surabaya, Ahad, 1 Pebruari 2015 (santrinews.com/saif)

Surabaya – Sutradara film “Penjuru 5 Santri”, Wimbadi JP mengatakan, pesantren memberikan banyak pelajaran kepada bangsa Indonesia. Di tengah kian tercerabutnya karakter para generasi muda, maka lewat solidaritas lima anak sebagai pemeran utama film ini, maka persoalan bangsa dapat diurai.

Penjelasan ini disampaikan Wimbadi JP saat acara nonton bareng bersama sejumlah insan media, pemeran film ini dan masyarakat umum di Tunjungan Plaza Cinema 21 Surabaya, Ahad, 1 Pebruari 2015.

Bagi di, penjuru adalah petunjuk atau tonggak. Dan lima sekawan yang diperankan Sabar, Wahyu, Slamet, Sugeng dan Rahayu dalam film tersebut sebagai simbol solidaritas, gotong royong, dan terbentuknya karakter.

“Film ini  mengajarkan kepada kita akan pentingnya pendidikan karakter bagi generasi muda,” katanya. “Dan film ini juga dibuat jauh sebelum kampanye revolusi mental yang digagas Jokowi saat akan maju sebagai Presiden RI,” lanjutnya.

Kehadiran film ini juga akan menjadi kontrol. Yakni bahwa pesantren akan bisa menerima siapa saja dengan latarbelakang beragam. “Karena itu orang gila sekalipun diterima di pesantren dan diajari membaca al-fatihah, dibimbing wudlu dan shalat hingga menjadi muslim yang taat,” terangnya.

Di film ini juga diceritakan bahwa pesantren memiliki kecintaan dan kecenderungan kepada kebudayaan. “Hal ini tergambar dengan dimunculkannya kesenian wayang, membatik, mencintai tananman, beternak hingga koperasi,” ungkapnya. Sehingga segala kemajemukan dalam bangsa ini juga ada di pesantren.

Dalam pandangan sutradara sejumlah film ini, akhir-akhir ini sudah mulai muncul kegelisahan orang berbicara agama namun kering dari aspek budaya. “Kita sedih ada berita anak SD kelas IV memukul temannya hanya gara-gara persoalan sepele seperti makanannya tumpah, demikian juga berani menghajar kawannya lantaran cemburu cinta dan sebagainya,” terangnya.

Karena itu Wimbadi JP berharap agar para penentu kebijakan di negeri ini, termasuk Presiden Jokowi bisa menyempatkan untuk menonton film Penjuru 5 Santri. “Karena film ini bukan hanya layak ditonton anak sekolah, juga untuk para pendidik dan pemangku pesantren agar sama-sama berupaya memiliki pendidikan yang berorientasi kebudayaan,” katanya.

Adanya adegan orang gila yang akhirnya ingat akan anak perempuannya juga membawa pesan. “Di tengah wabah bapak yang lupa kepada anaknya, demikian pula sejumlah ibu yang membuang bayi, juga tidak sedikit ibu melahirkan anak tanpa didampingi suami, atau tidak bertanggungjawab, film ini bisa memberikan fungsi kontrol,” ungkapnya.

Film Penjuru 5 Santri diambil di Desa Selopamioro, 42 KM di selatan Yogyakarta. Kelima sekawan yang tinggal dalam kesederhanaan dan keprihatinan tersebut memiliki semangat tinggi untuk menimba ilmu walaupun jalan yang mereka tempuh tidaklah mudah.

Saat pagi, mereka bergegas berangkat sekolah tanpamenggunakan alas kaki, menyebrangi sungai dan berjalan beberapa kilometer, dan ketika senja datang mereka pergi mengaji di pondok pesantren yang dipimpin oleh Kiai Landung yang diperankan KH D Zawawi Imron dan Gus Pras oleh Rendy Bragi. (saif/ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network