Mahasiswa ITS Ajari Santri Merancang Robot

Mahasiswa peserta UKM Robot Politeknik Elektronika Negeri Surabaya sedang berlatih memprogram Robot, Juni 2016 (santrinews.com/kompas)
Sampang – Jika biasanya para santri mahir memainkan rebana, namun kali ini santri diajak untuk memainkan robot dan diajarkan tahap-tahap dalam merancang robot tersebut. Adalah mereka mahasiswa ITS yang tergabung dalam Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) yang melatih para santri untuk cakap memainkan dan merancang robot.
Acara yang berlangsung selama dua hari di Pondok Pesantren Nazhatut Thullab Sampang, Madura itu terdapat lima jenis pelatihan tentang wawasan teknologi. Salah satunya pelatihan dasar-dasar robotika.
Ketua Pelaksana, Zishwa Muhammad Jauhar Nafis menjelaskan, pelatihan dasar-dasar robotika ini terbagi dalam tiga sesi. “Sesi pertama berisi presentasi, sedang dua sesi lainnya adalah praktik merakit rangkaian secara langsung,” paparnya.
Pada sesi presentasi, peserta dibekali dengan modul yang berisi panduan mengenai materi yang akan dibawakan. Posisi duduknya pun tidak sembarangan, para santri harus duduk secara kelompok. Hal ini untuk memudahkan panitia dalam memberikan pendampingan.
Setelah pemateri utama selesai menyampaikan presentasinya, para santri diberi kebebasan untuk berkonsultasi kepada panitia pendamping kelompoknya terkait materi yang baru saja dibawakan.
“Dengan cara ini, diskusi akan lebih fokus dan terstruktur. Selain itu, santi juga lebih leluasa dalam bertanya,” terang mahasiswa Departemen Teknik Elektro itu.
Usai berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, kegiatan dilanjutkan dengan praktik merakit komponen. Untuk menghemat waktu, papan rangkaian beserta berbagai komponennya telah dibawakan langsung dari ITS.
“Peserta hanya perlu menyatukan komponen yang kami berikan, sesuai dengan pembekalan yang diberikan saat sesi presentasi,” tutur anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Cinta Rebana itu.
Diakui Jauhar, salah satu alasan dipillihnya pelatihan robotika dalam kegiatan ini yaitu menyesuaikan dengan keilmuan para mahasiswa penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang tengah mengabdi.
Selain untuk menyegarkan pengetahuan, juga untuk menumbuhkan kembali semangat pengabdian yang mungkin sempat luntur dikarenakan penatnya rutinitas kuliah. “Serasa nyantri lagi,” kesan Jauhar mangakhiri percakapan. (rus/okz)