Lailatul Qomariyah, Putri Tukang Becak yang Sukses Raih Doktor di ITS
.jpeg)
Lailatul Qomariyah, peraih gelar doktor dari ITS di usia 27 tahun (santrinews.com/istimewa)
Berasal dari latarbelakang ekonomi keluarga yang sederhana, tak lantas menyurutkan semangat Lailatul Qomariyah untuk menuntut ilmu lebih tinggi. Ia bahkan berhasil meraih gelar doktor di usia cukup muda, 27 tahun, dari Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Demi bisa melanjutkan kuliah dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, gadis asal Pamekasan, Madura yang biasa disapa Laila ini harus berjuang mencari uang sendiri.
Di sela menjalankan studinya, Laila juga mencari tambahan penghasilan melalui profesi guru les privat. Meskipun ia telah memperoleh beasiswa untuk membantu biaya kuliahnya.
Berhubung alat transportasi yang dimiliki Laila hanya berupa sepeda ontel, ia pun hanya mengajar murid tingkat SMP dan SMA di sekitar wilayah kampus ITS.
Laila mengaku ia ingin mengubah nasib keluarganya. Ia anak sulung dari pasangan Saningrat (43) dan Rusmiati (40). Saningrat berprofesi sebagai pengayuh becak dan Rusmiati sebagai buruh tani.
Penghasilan mereka tergolong di bawah rata-rata, tidak cukup untuk membiayai sekolah Laila. Namun nyatanya, alumnus S-1 Teknik Kimia ITS ini tetap sanggup menyelesaikan studi doktoral (S-3) tanpa bergantung kepada kedua orang tuanya.
Laila merupakan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi yang masuk ITS melalui jalur prestasi. Selanjutnya ia meneruskan pendidikannya dengan beasiswa dari program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Yakni beasiswa program percepatan pendidikan yang diberikan kepada lulusan sarjana yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi seorang Doktor dengan masa pendidikan selama empat tahun.
Dalam memberikan les privat, mata pelajaran yang diajarkan Laila kepada muridnya pun variatif. Berkat wawasan akademiknya yang luas, perempuan yang juga mengambil Magister di ITS ini sanggup mengajar matematika, fisika, kimia, bahasa Inggris, dan pelajaran umum lainnya.
Tercatat sejak awal menginjak bangku kuliah di program sarjana, Laila telah melakoni rutinitas ini demi tercukupinya kebutuhan sehari-hari. Gadis kelahiran 16 Agustus 1992 ini mengikuti prinsip yang diajarkan dalam kitab Al-Quran.
“Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum tanpa usaha dari kaum tersebut,” tuturnya mengutip isi salah satu ayat di Al-Quran.
Selain itu, orang tua dan guru sekolah Laila juga rutin memberikan pesan bahwa pendidikan dan pekerjaan yang dijalaninya harus jauh lebih tinggi dibanding yang didapatkan kedua orang tuanya.
Buah kerja keras yang dilakoni Laila tidak dapat dipandang sebelah mata. Tercatat, melalui topik disertasinya, ia berhasil menyelesaikan program doktoral dengan IPK 4.0. Sebuah prestasi tersendiri bagi mahasiswi yang rutin meneliti ini. Laila akan diwisuda pada Ahad, 13 September 201, mendatang.
Di samping itu, agar seluruh aktivitasnya yang padat dapat terlakoni semua, ia harus tahan tidur hanya empat jam dalam sehari.
Laila mengaku sangat ingin untuk terus berkontribusi bagi ITS selepas kelulusannya. Ia merasa berat meninggalkan ITS dan para dosen serta para karyawan di ITS yang telah membantu Laila mewujudkan impiannya. Tidak sedikit pula dosen yang meminta kepada Laila agar tetap bertahan melanjutkan penelitian atau mengajar di ITS.
“Aku sudah menemukan semacam chemistry (kecocokan, red) di ITS. Jadi meskipun banyak tawaran dari luar, saya tetap sangat ingin melanjutkan pengabdian saya di kampus perjuangan ini,” ujar Laila penuh antusias membicarakan peluangnya untuk bekerja di ITS. (hay)