Menyingkap Cerita Kuda Anyampiani yang Digelapkan

Data Buku
Judul: Kuda Anyampiani Lost in China
Penulis: Wahyu H.R.
Tebal: xvi + 472 hlm
Penerbit: Tiga Serangkai
Terbitan: September 2014
ISBN: 978-602-9251-27-2
Peresensi: Elliya Nuril Karimah

Ada tiga waktu dalam hidup manusia; kemarin, sekarang, dan esok. Benar kiranya orang berkata waktu tak ubahnya roda, terus berputar selama kehidupan ada. Kemarin adalah sejarah, sekarang adalah waktu yang harus dijalani, dan esok adalah masa depan.

Ketiga waktu tersebut menempati porsi masing-masing. Kembali pada sejarah atau mengingat sejarah dengan detail adalah pekerjaan yang sulit dan memakan waktu cukup lama. Butuh kelihaian khusus untuk menjadi sejarawan atau ahli sejarah.

Memahami sejarah, terutama sejarah kuno, tidak bias dengan cara instan dan praktis. Bukan pada masalah kepekaan pada tahun atau perioderisasi dan nama, melainkan pula bagaimana menemukan kebenaran sejarah.

Peneliti harus melakukan observasi-history yang melelahkan. Lebih sulit pula menulis sejarah dalam bentuk novel. Penulis (harus) paham dengan rinci setiap bagian dalam sejarah. Mulai dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar.

Melewati satu bagian saja menyebabkan kesalahan fatal. Lebih kalau tidak detail, karena novel adalah cerita rinci yang bagian-bagiannya ditulis dengan rinci pula. Wahyu H.R. kali ini berhasil menulis novel sejarah, setelah beberapa novel sebelumnya berjudul Geger Perang Bubat, Gemuruh Paregreg, Dongeng Hitam (Cerita Kelas Pasca G30S PKI), Perang Trinajayu (Novel Silat Sejarah), dan Amangkurat Agung: Prahara Takhta Mataram.

Kali ini novelnya berjudul Kuda Anyampiani Lost in China. Wahyu H.R. bercerita tentang Majapahit dan China. Majapahit pernah Berjaya pada masa Gajah Mada. Namun, sepenginggalnya Majapahit juga pernah terpuruk dan kalah yang sangat memalukan dari China.

Pada tahun 1406, kelima utusan Majapahit yang dibawa ke China oleh Laksamana Cheng Ho sebagai sandera langsung dijebloskan ke dalam tahanan. Hingga 1408, Demung Menggalayuda, Tumenggung Bayusena, Menteri I Hino Ayodya, Pendeta Buddha Marwadewa. Dan Rangga Kuda Anyampiani masih mendekam di tahanan China. Mereka baru dibebaskan atas perintah Kaisar yung-Lo setelah Laksamana Cheng Ho pulang dari Jawa dengan membawa pembayaran ganti rugi Raja Wikramawardhana. (hlm. 2).

Persoalan tidak selesai begitu saja. Masalah muncul ketika Dinasti Ming tidak menyediakan kapal untuk mereka pulang kembali ke jawa. Kelima pejabat kerajaan Majapahit itu akhirnya terlunta-lunta di Kotaraja Peking. Mereka hidup menggelandang beberapa waktu sampai akhirnya ditolong oleh salah seorang pejabat China setingkat gubernur yang bernama Yuen Shi Fa yang memang terkenal dermawan dan berbudi. (hlm. 2).

Namun, keselamatan tuan rumah dan tamu terancam juga ketika Kaisar Yung-Lo melakukan pembersihan secara besar-besaran di lingkungan istana. Bahwa, para pemberontak dan kaki tangannya akan terus diburu, ditangkap, kemudian dibunuh beserta seluruh keluarganya. Harta bendanya akan dirampas oleh Negara. (hlm. 9).

Keterlibatan Yuen Shi Fa adalah akibat perselisihan dengan Kasim Ji Liang Kun yang akhirnya memfitnahnya sebagai komplotan pemberontak. Bermula dari itu, perdamaian antara kerajaan Majapahit dan China ternodai.

Awalnya, dua kerajaan tersebut bersaudara. Saat Majapahit dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk, dan China dipimpin oleh Hung Wu, Dinasti Ming. Mereka saling mengirim utusan persaudaraan. Akan tetapi, perubahan politik berjalan begitu cepat dan tidak terduga, baik di Jawa maupun di China.

Setelah Raja Hayam Wuruk mangkat dan digantikan oleh menantunya, Wikramawardhana, perang saudara berkobar. Wikramawardhana yang berkuasa di Kedaton Kulon berperang melawan Bhatara Wirabhumi, saingannya, yang berkuasa di Kedaton Wetan. (hlm. 4).

Novel sejarah terbitan Tiga Serangkai ini berkisah petualangan kelima pejabat Majapahit di China. Cerita ini, sebenarnya, adalah bagian sejarah yang digelapkan dan dianggap tidak pernah ada. Namun, inilah kelebihan novel karya Wahyu H.R. Dia berhasil mengungkap sejarah yang digelapkan dan dianggap tidak pernah ada tersebut. Ditambah tutur bahasa yang mengalir. Tidak seperti novel-novel sejarah kebanyakan.

Novel ini, meski fiksi, berhasil menyingkap sejarah tentang kerajaan Majapahit dan China. Novel ini adalah full cerita tentang dunia silat. Bagi pembaca yang masih tabu dengan sejarah, pada bagian awal, novel ini membingungkan, karena pembaca harus jeli mengingat nama-nama tokoh. Jika penulis me-list nama-nama tokoh beserta peran dan jabatan mereka di dua kerajaan (Majapahit aatu China) pada halaman khusus, pembaca tidak akan kelimpungan. Namun, ini tidak menjadikan novel ini cacat.

Pembaca diantarkan pada sejarah yang benar-benar sejarah. Novel dengan ketebalan 472 halaman ini boleh dibaca siapa saja, khususnya penikmat dunia silat. Penikmat sejarah akan merasakan gurihnya sejarah yang tersajikan di dalamnya.

Pembaca yang masih awam dengan sejarah akan mendapat wawasan baru. Novel ini menumbuhkan rasa cinta dalam diri kita kepada sejarah dan merangsang kita untuk mencari kebenaran sejarah. Masihkah anda enggan membaca novel sejarah ini?! (*)

Elliya Nuril Karimah, Koordinator Komunitas Peresensi Lintas Batas Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura Jawa Timur.

Terkait

Buku Lainnya

SantriNews Network