Pilpres 2019
KH Maruf Amin Dihadang Pendukung Prabowo, PWNU Jatim: Mereka Tak Sopan Sama Ulama
Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar (tengah) memberikan taushiyah pada hadapan kader NU se Madura, di Pondok Pesantren Miftahul Anwar, Klompek, Kadur, Pamekasan (santrinews.com/hady)
Pamekasan – Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuki Mustamar menyesalkan peristiwa pengadangan terhadap KH Ma’ruf Amin saat hendak berziarah ke salah satu makam leluhurnya di Pamekasan beberapa hari lalu.
Kiai Marzuki tak habis pikir atas peristiwa itu. Sebab, selama ini masyarakat Madura dikenal sangat beradab dan hormat terhadap ulama dan habaib.
“Madura itu penuh adab, sangat beradab. Jika ada ulama atau mau ketemu (ulama) sandalnya dari jauh sudah dilepas, nunduk penuh adab. Kemarin kok seperti itu,” ujarnya di acara Turba PWNU Jatim bersama NU zona Madura, di Pondok Pesantren Miftahul Anwar, Klompek, Kadur, Pamekasan, Sabtu, 6 April 2019.
Baca juga: Aktivis Muda NU Sayangkan Sikap Politik Kiai Madura
Senin, 1 April 2019, awal pekan lalu, saat Kiai Ma’ruf Amin hendak berziarah ke makam Kiai Suhro, di Pamekasan, Madura, mobil yang ditumpangi Kiai Ma’ruf dihadang massa. Seraya meneriakan nama Prabowo, mereka mengacungkan jari membentuk huruf “˜L’.
Kiai Marzuki pun mengingatkan agar masyarakat Madura tidak terpengaruh oleh berbagai kepentingan sesaat yang bisa merusak akhlak. Sopan santun sebagai karakter Madura harus dijaga dengan baik.
“Madura harus dijaga dan kembalikan budaya syar’i Madura. Jangan mau dibodohi oleh mereka yang tidak tahu adab, tidak sopan sama ulama dan habaib,” tegasnya.
Baca juga: Ulama Madura Deklarasi Anti Wahabi
Selain itu, lanjut Kiai Marzuki, masyarakat harus mewaspadi gerakan kaum wahabi dan syi’ah yang secara nyata bertentangan dengan ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah yang diperjuangkan Nahdlatul Ulama.
“Rasul mengajarkan menghormati sahabatnya, mereka (Syiah) memusuhi sahabat Abu Bakar, Umar bin Khatthab, dan Utsman bin Affan. Wahabi suka mengkafirkan orang lain, tidak suka tahlil dan diba’an, mentoghutkan Pancasila memusuhi ulama-ulama NU,” pesannya. (bahri/hay)