Orkestrasi Industri Halal di Jatim
Surabaya – Jawa Timur harus turut serta melakukan transformasi ekonomi, dengan cara segera merubah dari sektor-sektor yang selama ini menjadi andalan Jawa Timur tetapi belum memiliki nilai tambah tinggi dikurangi proporsinya ke industri bernilai tambah tinggi, salah satunya industri halal.
Demikian disampaikan Prof Badri Munir Sukoco, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga saat menjadi salah satu pembicara di acara webinar yang diselenggarakan oleh MUI Jawa Timur dengan topik Membaca Arah Ekonomi dan Ekosistem Industri Halal di Jawa Timur Pasca Pandemi.
Menurutnya syarat untuk menjadi negara yang keluar dari middle income trap serta mewujudkan negara maju 2045 adalah pendapatan perkapita diatas 12 ribu. Dimana harus tumbuh 4 kali lipat dalam kurun waktu 24 tahun.
“Inilah tantangan bagi Indonesia dan harus dilakukan tidak bisa hanya Jakarta, tetapi seluruh daerah termasuk Provinsi Jawa Timur salah satunya dengan mengembangkan industri bernilai tambah tinggi seperti industri halal,” katanya, Jumat, 12 Nopember 2021.
Ia menegaskan, pendekatan industri halal dengan konsep ekosistem harus dilakukan, karena yang selama ini dilakukan ketika mengembangkan industri selalu menggunakan pendekatan sistem. Dimana masing-masing pemain bergerak sesuai tugasnya, sedangkan bila menggunakan pendekatan ekosistem, maka yang terbangun adalah masing-masing pemain akan saling melengkapi.
“Hal ini juga dengan konsep dan aturan main yang jelas, sehingga para pemain sudah bisa memproyeksikan nilai tambah serta keuntungan apa yang didapat dari ikut dalam industri halal, sehingga semuanya akan berkontribusi secara optimal,” ujarnya.
Ia menambahkan, untuk industri halal di Jawa Timur juga perlu ditentukan target pasarnya, apakah global, nasional atau lokal, termasuk dalam hal pengembangan pariwisata halal.
“Potensi wisata-wisata religi bisa dikembangkan dengan mengoptimalkan banyak pemain di dalamnya,” pungkasnya. (red)