Konektivitas Indonesia-Arab Saudi: Tantangan dan Peluang di Era Revolusi Industri

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Raja Salman bin Abdul Aziz al Saud, di istana pribadi raja, Al-Qasr Al-Khas, Riyadh, Ahad sore, 14 April 2019 (santrinews.com/istimewa)

Siapa yang menguasai media dan informasi, maka merekalah yang akan menguasai dunia. Pepatah fenomenal ini terbukti di era industri 4.0 seperti sekarang ini, dimana batas-batas antar negara dengan mudah ditembus melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Termasuk konektivitas Indonesia-Arab Saudi yang semakin meningkat kuantitas dan kualitasnya dalam berbagai bidang. Misalnya terkait kualitas sumber daya manusia dan produk-produk halal Indonesia, serta hubungan bilateral kedua negara.

Sebut saja figur ilmuwan asal Indonesia, Prof Dr Irwandi Jaswir, M.Sc., yang mendapat julukan Profesor Halal. Irwandi berhasil memperoleh penghargaan King Faisal International Prize. Penghargaan itu diberikan langsung oleh Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdul Aziz al Saud, di Hotel Faisaliyah, Riyadh, Arab Saudi, pada Senin, 26 Maret 2018. Raja Salman juga bergelar Khadimul Haramain, Pelayan Dua Tanah Haram, yakni tanah suci Mekah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah.

Dalam berbagai media, Irwandi Jaswir menyatakan bahwa Kerajaan Arab Saudi memberinya tanggungjawab untuk merancang strategi menjadikan Arab Saudi sebagai pemain terkemuka dalam industri halal dunia. Bahkan Arab Saudi mendirikan Halal Centre untuk memfasilitasi program riset Irwandi. Lembaga itu berada di bawah Saudi Food and Drugs Authority (SFDA). Arab Saudi juga memberikan dana bernilai jutaan riyal untuk dua program penelitiannya, yakni pelatihan halal dan kajian kehalalalan makanan untuk anak-anak di Arab Saudi.

Sebagai penasihat Kerajaan Arab Saudi untuk Industri Halal, Guru Besar senior bidang Bioteknologi Pangan di International Islamic University of Malaysia (IIUM) itu tercatat telah mengerjakan 35 proyek riset bidang halal. Ia juga mempublikasikan karya ilmiahnya di lebih dari 200 publikasi jurnal internasional, memiliki lima hak paten, dan meraih 50 penghargaan ilmiah internasional. Diantaranya ialah Asia Pacific Young Sientist Award pada 2010 oleh SCOPUS, dan Habibie Award di bidang Kedokteran dan Bioteknologi pada 2013.

Prof Irwandi Jaswir pun menjadi pelopor dalam bidang Halal Science, yakni cabang ilmu baru yang melihat halal dan haram dari kacamata sains, bukan dari perspektif ilmu agama semata.

Selain itu Presiden Indonesia Joko Widodo, juga menjadi cover utama di Majalah Milenial ar-Rajul (Sang Tokoh) edisi Senin, 20 Mei 2019. Majalah berbahasa Arab yang terbit di Arab Saudi itu memiliki segmentasi khusus di kalangan kaum muda dan eksekutif (kelas menengah) Arab Saudi. Menurut Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, dalam majalah itu Presiden Joko Widodo menjelaskan sikap bangsa Indonesia terhadap terorisme.

Presiden menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak pernah takut terhadap terorisme. Adalah sebuah kegagalan luar biasa jika negara dan bangsa takut terhadap terorisme. Tujuan utama terorisme adalah menebar ketakutan.

Pernyataan penting lainnya dari presiden yang akrab disapa Jokowi itu ialah tentang kondisi bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu jua. Presiden Joko Widodo pun berharap agar kunjungan turis Arab Saudi ke Indonesia semakin meningkat di masa depan. Apalagi kedua negara menjadi mitra strategis dalam menebarkam ajaran Islam yang rahmatan lil a’lamin. Menurut Dubes Agus Maftuh, majalah ar-Rojul juga mengulas tentang pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Raja Salman, serta kepala-kepala negara lainnya.

Dengan demikian khazanah intelektual sdm, produk-produk halal, dan informasi media massa dengan konten Indonesia memiliki peran penting dalam meningkatkan konektivitas antara Indonesia dan Arab Saudi. Apalagi di era industri 4.0 ini, teknologi informasi dan komunikasi antar negara menjadi sangat canggih dengan menggunakan internet, aplikasi berbasis komputasi awan (cloud computing), komputasi kognitif, serta sistem siber fisik. Begitu pula dengan pertukaran barang dan jasa antar kedua negara, termasuk produk-produk halal dan pariwisata halal Indonesia.

Sewaktu berkunjung ke Arab Saudi untuk menjalakan ibadah umrah bersama keluarga, pada Ahad-Senin, 14-15 April 2019, Presiden Joko Widodo berhasil menyepakati penambahan kuota jamaah haji Indonesia sebanyak 10.000 orang.

Dalam kunjungan ini, Presiden juga bertemu langsung (face to face) dengan Raja Salman, sebagai tamu kehormatan di istana pribadi raja, Al-Qasr Al-Khas, Riyadh, pada Ahad sore, 14 April 2019. Kedua kepala negara pun sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, khususnya di bidang energi dan pariwisata.

Konektivitas antara Indonesia dan Arab Saudi juga sangat erat. Hal ini terlihat dari aktivitas Presiden Jokowi dan keluarganya yang mendapat kesempatan untuk masuk ke dalam bangunan Ka’bah. Beliau juga menunaikan shalat sunnah dua rokaat di dalamnya. Peristiwa ini terjadi pada Senin (15/4) dini hari. Lalu saat adzan Shubuh berkumandang, Presiden bersama Ibu Negara, Hj Iriana, serta kedua anaknya, Kaeseng Pangarep dan Gibran Rakabuming Raka, bersama-sama keluar dari dalam pintu Ka’bah. Keempatnya lalu beribadah shalat Shubuh berjamaah, melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah, mencium hajar aswad, berlari-lari kecil dari shafa ke marwah dalam ibadah sa’i dan berakhir dengan tahalul atau mencukur rambut. Ibadah umrah ini berakhir sekitar Pukul 06:37 waktu Mekkah.

Lalu di hari yang sama, pukul 09:05 waktu Jeddah, Presiden dan keluarganya bersama-sama berangkat dari Bandar Udara King Abdul Aziz, Jeddah, menuju ke Bandara Prince Mohammad bin Abdul Aziz, Madinah. Rombongan presiden tiba pukul 09:50 waktu Madinah. Lalu sekitar pukul 10:35 waktu setempat, Presiden Joko Widodo bersama keluarga beribadah di Masjid Nabawi, Madinah.

Presiden juga menunaikan shalat sunnah dua rakaaat di Raudhah. Presiden Jokowi dan keluarganya juga mendapatkan hak istimewa untuk berziarah dan masuk ke dalam makam Rasulullah Muhammad SAW, Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, dan Khalifah Umar bin Khattab di dalam Masjid Nabawi.

Fenomena kunjungan Presiden Jokowi ke Arab Saudi menunjukkan bahwa agama Islam menjadi pertimbangan utama dan faktor paling penting dalam konektivitas antara Indonesia dan Arab Saudi. Apalagi Indonesia memiliki daya tawar yang sangat tinggi terhadap Arab Saudi. Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) RI mencatat bahwa 207.176.162 jiwa penduduk Indonesia beragama Islam. Angka ini mencapai 87,18 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 237.641.326 jiwa menurut sensus penduduk tahun 2010.

Konsekuensi logisnya, Indonesia memiliki kuota haji terbesar di dunia dengan jumlah 221.000 jamaah pada tahun 2017 dan 2018. Kuota haji ditentukan oleh pemerintah Arab Saudi sebagai negara pemegang otoritas Masjidil Haram di Mekah al Mukarramah dan Masjid Nabawi di Madinah al Munawwarah. Hal ini sesuai dengan kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) OKI di Amman, Yordania, pada tahun 1987.

OKI sepakat bahwa dari 1.000 orang penduduk Muslim di suatu negara, hanya 1 orang yang berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Dengan demikian, penyelenggaraan ibadah haji dan umrah di kota suci Mekkah dan Madinah menjadi faktor penting dalam konektivitas kedua negara.

Di sisi lain, jumlah ekspatriat Indonesia (Warga Negara Indonesia/ WNI) yang terdaftar di wilayah kerja KBRI Riyadh, hingga 17 Agustus 2018, mencapai 260.000 orang. Sedangkan jumlah ekspatriat Indonesia yang terdaftar di wilayah kerja KJRI Jeddah mencapai sedikitnya 300 ribu orang. Jadi terdapat sedikitnya 560 ribu ekpatriat Indonesia di Arab Saudi.

Bahkan menurut Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, terdapat lebih dari 600 ribu ekspatriat Indonesia di Arab Saudi. Retno menyatakan hal itu pada Selasa, 23 Oktober 2018, saat bertemu Menlu Kerajaan Arab Saudi, Adel al-Jubeir, di Jakarta. Dengan kata lain, para ekspatriat serta jamaah haji dan umrah asal Indonesia berhasil mejadi ujung tombak dalam promosi produk-produk halal nasional di Arab Saudi.

Fakta di atas terbukti dari besarnya kuantitas impor buah-buahan, sayur-mayur, produk makanan olahan, dan aneka ragam kuliner Indonesia oleh Maula al Dawilah Trading & Co selama tahun 2018. Perusahaan importir swasta asal Arab Saudi ini tercatat melakukan transaksi impor senilai US$ 5,35 juta atau sekitar Rp 77 miliar dari Indonesia.

Maula Al Dawilah Trading & Co juga mengimpor buah-buahan dari Indonesia secara rutin, sejumlah 3-5 ton setiap pekan atau sebanyak 130-170 ton per tahun pada 2018. Buah-buahan itu dikirim melalui kargo udara selama dua hari ke Jeddah, Arab Saudi. Informasi ini disampaikan oleh Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) – Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah, Gunawan, pada 16 Januari 2019. Tepatnya dalam pertemuan bisnis di pergudangan Maula Al Dawilah Trading & Co, Jeddah, Arab Saudi.

Adapun sayur-mayur yang diimpor Arab Saudi dari Indonesia meliputi cabai, bawang putih, bawang merah, petai, jengkol, kemiri, daun kelapa, buah kelapa, dan tanaman apotek hidup, serta rempah-rempah seperti lengkuas, jahe, kayu manis, dan kemiri. Sedangkan buah-buahan yang diimpor meliputi buah naga, rambutan, durian, belimbing, manggis, salak, pisang, sirsak, nangka, pepaya, dan mangga.

Aneka produk kuliner dan makanan olahan pun diimpor oleh Arab Saudi dari Indonesia seperti kacang-kacangan, produk olahan kacang, kerupuk, biskuit, aneka kopi sachet (seperti Good Day), minuman sereal (seperti Energen), gula merah, mie dan bihun, tepung beras, tepung jagung, kecap sedap, santan cair Kara, buah-buahan kaleng, tuna, dan kedelai.

Lebih lanjut, sejumlah restoran milik ekspatriat Indonesia juga menjadi primadona di Arab Saudi. Misalnya Restoran Garuda dan Warung Bakso Mang Oudin di Balad, Jeddah, Rumah Makan Indonesia di dekat Masjid Nabawi, Madinah, Mr. Sate dan Restoran Batavia di distrik Ash-Sharafiyyah, Jeddah, Restoran Pasundan di distrik al-Baghdadiyah as-Sharqiyah, Jeddah, dan Restoran Putri Sriwijaya di distrik al-Ruwais, Madinah. Ada pula Restoran Wong Kito ‘Sumatera” di Rumah Sakit Wiladah wal Atfal, Mekah.

Pemasaran produk-produk kuliner halal Indonesia di Arab Saudi akan semakin meningkat dengan penggunan teknologi informasi berbasis aplikasi dan internet. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan besar bagi bangsa Indonesia di era industri 4.0. Khususnya dalam hal koordinasi antar institusi pemerintah, swasta, dan ekspatriat Indonesia di Arab Saudi.

Koordinasi tersebut meliputi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Kedutaan Besar RI (KBRI) di Riyadh, Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Jeddah, Kantor ITPC di KJRI Jeddah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kamar Dagang dan Industri (KADIN) RI, dan perusahaan swasta nasional.

Upaya para pihak untuk memaksimalkan koordinasi antar institusi itu akhirnya berhasil. Indonesia terpilih sebagai tamu kehormatan dalam World Franchise Exhibiton (WFE) 2019. Pameran produk-produk franchise berskala internasional ini telah diselenggarakan pada 27-29 April 2019 di Dhahran International Exhibition Centre, Kota al-Khobar, Arab Saudi.

Dalam siaran pers-nya pada Jumat, 26 April 2019, KBRI di Riyadh, Arab Saudi, menyatakan bahwa paviliun Indonesia di WFE 2019 memiliki luas 144 meter persegi. Sebagai tamu kehormatan, terdapat 10 perusahaan swasta nasional yang mengikuti WFE 2019 ini.

Misalnya PT. Gaido Azza Darussalam Indonesia yang menjual beragam produk. Ada pula CV. Graha Rezeki Indonesia yang menjual aneka produk kopi, PT. The Keju Indonesia dengan produk makanan dan minuman, Leny Rafael & Ai Dentity dengan produk fashion (pakaian), dan PT. Sinergi Mitra Sejahtera dengan aneka produk alas dan kaos kaki (foot wear).

Sedangkan lima perusahaan lainnya ialah Shaza by Adelina yang menjual produk fashion, PT. KEI Distribusi Indonesia/ KEISKEI dengan produk hair & body care, CV Global Mulyo Mandiri dengan produk kayu gaharu dan minyak atsiri, dan Go Indonesia dengan produk perjalanan wisata, serta Pinehill Food Arabia Ltd yang menjual produk mie instan.

Sejumlah produk Indonesia juga menjadi favorit para pengunjung WFE 2019 Arab Saudi, yakni minuman yoghurt dengan merk Sour Sally, Kopi Giras yang merupakan campuran kopi dari empat provinsi di Indonesia, produk alas kaki untuk di luar rumah, dan kayu gaharu asli Indonesia. Apalagi terdapat sekitar 100 ribu pengunjung dalam ajang WFE 2019 Arab Saudi, dengan 150 perusahaan dan 600 merk yang berpartisipasi dalam perhelatan internasional ini. Perhelatan WFE 2019 Arab Saudi tentu menjadi peluang strategis dan media penting dalam mempromosikan produk-produk nasional Indonesia di Arab Saudi.

Menurut data BPS RI pada tahun 2010, Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa dan sedikitnya 3.000 jenis tarian asli. Fakta ini menyebabkan sangat banyaknya jenis kuliner, adat istiadat, budaya, dan ragam kesenian nusantara. Kondisi ini pun menjadi pertimbangan utama Raja Salman untuk mengundang Indonesia sebagai tamu kehormatan dalam Festival Janadriyah ke 33.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia terpilih sebagai tamu kehormatan dalam Festival Janadriyah Ke 33 di Riyadh, Arab Saudi. Festival sejarah dan budaya internasional terbesar di Arab Saudi, bahkan Timur Tengah, ini berlangsung sejak 20 Desember 2018 hingga 9 Januari 2019.

Dalam festival ini, Indonesia menempati paviliun sebesar 2.500 meter persegi. Bahkan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Puan Maharani, mendapatkan kehormatan dari Raja Salman. Tepatnya untuk memberikan pidato sambutan dalam pembukaan Festival Janadriyah pada Kamis, 20 Desember 2018, di Riyadh.

Selain itu, diperkirakan sekitar 10 juta orang dari Arab Saudi dan negara-negara Teluk telah berkunjung ke Festival Janadriyah. Bahkan luas paviliun Indonesia 10 kali lipat lebih besar dari paviliun India yang juga menjadi tamu kehormatan pada Festival Janadriyah ke 32. (*)

Muhamad Ibrahim Hamdani, Alumnus Pascasarjana Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia.

Terkait

Opini Lainnya

SantriNews Network