Pesantren Darus Sholihin Dibakar Massa

Tragedi kerusuhan di Pesantren Darus Sholihin, Puger, Jember (kompas/santrinews.com)

Jember – Karnaval memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-68 di Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Jember, Jawa Timur, berujung rusuh. Sekelompok orang mengobrak-abrik Pesantren Darus Sholihin pada Rabu siang, 11 September 2013.

Sebelum insiden penyerangan ke pesantren terjadi, ratusan peserta karnaval dari pesantren tersebut juga terlibat baku hantam dengan polisi.

Seperti dilansir Tempo.co, Kepala Kepolisian Sektor Puger, Ajun Komisaris Mahrobi Hasan, mengatakan kericuhan berawal dari rencana mengadakan kegiatan karnaval oleh pengurus Pesantren Darussholihin sejak sepekan lalu.

Polisi, kata dia, telah meminta panitia agar membatalkan rencana tersebut. Pasalnya, situasi di Puger dinilai belum kondusif setelah terjadi bentrok antara penghuni pesantren dan masyarakat pada 2012 lalu.

“Kita coba mengamankan, tapi dianggap menghalangi hingga akhirnya terjadi bentrok,” kata Mahrobi.

Meski telah diperingatkan polisi, kata Mahrobi, peserta karnaval ngotot ke luar pesantren dengan menerobos hadangan polisi. Karena jumlah aparat terbatas, barikade polisi pun jebol pukul 12.30.

Acara karnaval yang diikuti murid-murid pesantren itu jalan terus. Namun, sekitar pukul 14.00, sekelompok orang mendatangi Pesantren Darus Sholihin yang tengah sepi.

Dengan membawa pentungan dan senjata tajam, mereka langsung mengobrak-abrik bangunan pesantren. Beberapa bagian bangunan masjid, kantor, dan kamar santri rusak. Puluhan sepeda motor milik murid dan wali murid pesantren yang diparkir di tempat itu menjadi sasaran pembakaran.

Habib Isa Mahdi, ketua panitia karnaval Pesantren Darus Sholihin, mengatakan peristiwa itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika aparat kepolisian dan Musyawarah Pimpinan Kecamatan Puger mau memahami situasi dan kondisi.

Mahdi menyayangkan larangan melakukan karnaval itu. Sebab, siswa-siswa yang akan ikut karnaval sudah mempersiapkan semua perlengkapan karnaval sejak lama.

Adapun surat pemberitahuan untuk mengadakan acara karnaval juga sudah diserahkan kepada polisi pada 5 September lalu. Sementara surat balasan polisi yang melarang kegiatan itu baru diterima kemarin siang.

“Kami hanya ingin penjelasan, mengapa kegiatan begini saja, kok, dilarang,” katanya. “Kami meminta agar diusut tuntas dalang yang merusak pesantren kami.”(jaz/ahay).

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network