Mengapa Aku Memilih Pesantren Darus Sunnah
Oleh: Budi Andrianto
AKU terlahir dari keluarga yang backgroundnya bukan pendidikan, agama, yang notabene bukan guru, ustadz apalagi kiai. Hal tersebut terjadi karena kurang bahkan tidak adanya dukungan dari keluarga yang selain terbatas oleh ekonomi juga karena ayah ibuku merupakan salah satu anak tertua di keluarga mereka, sehingga orangtua lebih mengutamakan pendidikan dan kebutuhan adik-adiknya terlebih dahulu.
Ibuku harus rela berhen di kelas V Sd saja,karrena harus membantu orang tua berjualan nasi rames pada saat itu.mungkin ayahku lebih beruntung karena berhasil menyelsaikan pendidikannya hingga tamat SLTA. Namun itupun di jalur pendidikan umum, Sehingga Ilmu agama yang dimilikinya pun terbatas.
Ayah bahkan pernah berkata padaku bahwa beliau baru mendapatkan Hidayah untuk shalat 5 waktu pada usia 30 tahun, karena sebelumnya sibuk dengan dunia saja. Dari mulai menjadi kuli panggul, sayuran, sampai berjualan telor asin pernah beliau lakukan, hingga sekarang memiliki toko sembako di pasar cilamaya.
Dengan keadaan ekonomi yang Alhamdulillah berkecukupan dan rasa menyesal mereka karena tidak mempelajari Ilmu agama dengan baik diusia muda mereka,hal tersebut memotivasi mereka untuk menjadikan anak-anaknya lebih baik, mereka ingin aku sekolah setinggi mungkin, memahami agama dengan benar agar tidak sampai merasakan perihnya hidup tanpa ilmu agama.karenanya akupun dari waktu tk sampai aliyah sekarang selalu masuk lembga pendidikan yang ada di jalur agama.
Alhamdulillah setelah lulus dari MTs Asshiddiqiyah 3 Karawang aku bisa melanjutkan Rihlah Thalabul “˜Ilmi di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Brebes. Disana aku diajarkan bagaimana caranya untuk bisa mengarungi luasnya lautan ilmu Allah, menyelami dalamnya lautan demi mendapatkan mutiara agama Allah, yaitu dengan menguasai dan memiliki alat untuk itu semua, yaitu Bahasa Arab.
Mempelajari gramatika dari dasar memperkaya kosakata bahasa Arab dengan membiasakan diri membuka kamus Arab-arab, menghafal beberapa nadzhom kaidah dll, karena kita semua yakin dengan sangat bahwa bahasa adalah jendela ilmu pengetahuan,sehinnga akupun termotivasi untuk bisa memahami agama dari sumbernya langsung yaitu sumber-sumber yang berbahasa arab.
Selain itu syarat kelulusan dari sana adalah menghafal Al-Qur’an 7 juz, namun yang aku hafal dengan baik hanya 4 juz, karena aku malas mengulang-ngulangnya, namun tidak terlepas dari keinginan yang kuat untuk mengembalikannya kembali keingatan dan hatiku karenanya aku emilih studi yang mewajibkan hafalan quran agar memfasilitasiku menghafal dan aku berusaha semaksimal mungkin untuk menjaganya dengan baik juga.
Kegemaranku sama seperti orang-orang pada umumnya khususnya lelaki yaitu Futsal, tapi ada yang lain selain futsal yaitu membaca novel penulis-penulis kondang seperti Habiburrahman Elshirazi, Andrea Hirata, Anwar Fuadi, Dee Lestari dan tTreliye atau Darwis, dsb.
Kekurangan diriku banyak sekali tapi yang paling parah yaitu malas kalau mengerjakan tugas yang harus diketik, aku bisa belajar kalau bareng-bareng saja,gak mau diatur-atur,makan banyak dan waktu Aliyah aku sering tidur dikelas sehingga tidak jarang dimarahi guru.
Aku memilih Darus Sunnah sebagai tempat untuk menimba ilmu karena kualitas yang sudah tidak diragukan lagi dan juga aku jadi bisa Double Degree Study,belajarnya bareng-bareng,banyak orang-orang yang bisa ditanya kalau aku bingung atau tidak faham pelajaran,statusnya sebagai pondok pesantren yang insha allah bisa memfasilitasi setidaknya untuk berbuat baik karena lingkungannya juga berada disekitar orang-orang baik,diampu guru-guru yang kredibilitasnya tidak diragukan.
Selain itu aku juga ingin melaksanakan pesan kiyaiku sewktu mondok di brebes,kh.mukhlas hasyim, beliau berpesan kepada kami “Santri harus faham hadits, belum santri kalau belum khatam Shohih Bukhori Muslim”.
Namun yang paling penting menurutku adalah alasan bahwa karena Darus Sunnah adalah pondok pesantren yang memfasilitasi orang untuk berbuat baik dan membatasi kita dari hal-hal negatif yang ada di pergaulan kota Jakarta.
Oia aku lupa aku memilih darsun juga karena aku merasa selama ini sangat lemah dan miskin pengetahuan akan hadits,sering masih asing dengan redaksi-redaksi hadits padahal hadits sangat penting untuk dipelajari bahkan kalau aku bisa juga dihafal. Namun untuk saat ini setidaknya aku bisa mempelajari, memahami, dan menelaah isi kandungan dari sumber agama nomor dua ini dengan baik dulu, dengan harapan seiring seringnya membaca bisa hafal sedikit demi sedikit dan harapan kedepannya juga bisa melaksanakan apa-apa yang difahami itu atau dengan kata lain bisa mengaplikasikan ke kehidupan sehari-hari.
Ustadku sewaktu mondok dulu pernah menasehati kita sebelum lulus“kalau mau kuliah dijakarta, harus sambil mondok di darus sunnah“intinya beliau sangat merkomendasikan kita yang belum punya kesempatan untuk menimba ilmu di Negara-negara timur tengah seperti Mesir, Yaman, Sudan, Maroko, Tunisia, dll, karena sebenarnya kami disana memang dipersiapkan untuk bisa melanjutkan studi disana, namun sebagian dari kami terhalang oleh keadaan, ada yang mampu secara intelektual namun kurang dari segi finansial, ada juga yang mampu secara finansial namun kurang menguasai alatnya, atau bahkan ada yang memiliki dua hal tersebut namun tdiak mendapatkan restu dari orang tua atau keluarga.
karena iti kami yang belum bisa belajar kesana sangat direkomendasikan untuk kuliah di Jakarta karena ada Darus Sunnah yang bisa memfasilitasi kami belajar dengan kondusif dan nyaman. Termasuk aku sendiri, orang tuaku hanya mengizikan kalau aku kuliah di Jakarta saja, karena dekat dari Karawang ke Jakarta yang cukup ditempuh dalam waktu 2 jam perjalanan. Dan sebenarnya akupun sudah lolos seleksi ke Mesir tahun ini, orang tuaku pada awal tes mengizinkanku buat kesana, tapi setelah pengumuman 30 Mei lalu orangtuaku berubah fikiran dan untungnya aku juga sudah diterima di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Firasat Islamiyyah.
Harapanku kalau diberi kesempatan belajar di Darus Sunnah aku bisa berubah jadi lebih baik dan menjadi seorang intelektual sejati yang menguasai ilmu agama secara komprehensif, bukan kulitnya saja. (*)
*Alumni MA Alhikmah 2 Brebes Jateng