Mengenal Metode Pendidikan Pesantren
Ilmu merupakan sebuah sesuatu yang harus dimiliki setiap insan. Seseorang tidak akan bisa mengarungi kehidupan tanpa didasari ilmu. Terlebih ilmu agama yang merupakan bekal untuk hidup di dunia dan akhirat.
Ilmu bisa didapat dengan proses belajar. Sebab untuk menghasilkan sesuatu kita harus melalui proses. Dan ada beberapa proses atau metode untuk menghasilkan sebuah ilmu. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang metode belajar mengajar yang dilaksanakan di pesantren dan madrasah diniyah.
Metode Sorogan
Metode yang juga dikenal dengan metode layanan individu. Kata “˜Sorogan’ ini diambil dari kata dasar bahasa Jawa “˜Sorog’, yang berarti menyodorkan. Di mana seorang santri menyodorkan kitabnya di hadapan kiai atau ustadz.
Dalam metode sorogan ini, santri langsung bertatap muka dengan guru, dengan membawa kitab yang dipelajarinya. Santri bertugas membaca kitab pelajaran yang berbahasa arab, sesuai tata bahasa dan kaidah Nahwu dan Sharrof. Kalimat demi kalimat dibaca, kemudian diterjemah dan ditrerangkan. Sementara guru mengoreksi serta mengevaluasi bacaan santri tersebut.
Sistem sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional. Karena metode ini menuntut kesabaran, ketekunan, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari santri.
Dalam metode ini santri yang sudah siap mengajukan sebuah kitab pada guru untuk dibaca dihadapannya. Jika dalam membaca dan memahami kitab tersebut terdapat kesalahan, maka kesalahan itu akan dibimbing dan dibenarkan secara langsung.
Metode atau sistem sorogan ini sudah terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid dalam mencari ilmu. Dan biasanya kitab-kitab yang dipakai dalam metode sorogan ini, adalah kitab yang ditulis dengan “huruf gundul” tanpa harokat. Dalam sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri.
Metode Weton
Nama lain dari metode ini adalah Bandongan. Sering pula disebut metode layanan kolektif. Adalah kegiatan pengajaran di mana seorang guru membaca, menterjemahkan dan mengupas pengertian serta isi kitab tertentu.
Sementara para santri dalam jumlah yang terkadang cukup banyak, mereka duduk disekitar sang guru, atau mereka mengambil tempat agak jauh selama suara beliau dapat didengar dan masing-masing orang membawa kitab yang tengah dikaji itu dan menulis penjelasannya di sela-sela kitab tersebut.
Dikatakan metode layanan kolektif karena pengajian dengan system tersebut biasanya diikuti oleh banyak santri dan seringkali mengulas kitab-kitab dalam bahasa arab. Metode ini diberikan dengan tujuan agar guru mudah untuk menguasai, menilai, dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai pelajaran. Metode ini diberikan pada murid-murid tingkat menengah dan tinggi. Dan hanya efektif untuk santri yang telah mengikuti metode sorogan secara efektif.
Metode Mudzakaroh
Mudzakaroh merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah hukum keagamaan seperti ibadah dan akidah serta masalah-masalah agama pada umumnya. Saat Mudzakaroh inilah para santri menguji keterampilannya, mengutip sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab Islam klasik.
Ada juga yang menggolongkan metode ini dalam katagori metode musyawarah, yaitu metode pengajian yang hanya diikuti oleh santri senior atau ustadz dan sudah berpengalaman mengajarkan kitab-kitab “˜besar’. Dan pengajian ini hampir seluruhnya menggunakan bahasa Arab. Dan nantinya, hasil diskusi yang telah dilakukan diserahkan kepada guru untuk dikoreksi bersama.
Terlepas dari semua itu, di pesantren juga didiajarkan konsep tabarruk (mengharap barokah) dari setiap ilmu yang dicari. Santri mengharapkan ilmu yang ia dapatkan menjadi ilmu yang bermanfaat serta berkah. Tak jarang jika para santri juga berkhidmah kepada para guru agar ilmunya menjadi manfaat.
Itulah mengapa ilmu yang didapatkan dengan susah payah dan disertai khidmah yang ikhlas kepada ilmu dan ahlul ilmi menjadi lebih bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu A’lam. (*)
Muhammad Fuad Fadli, Santri Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, saat ini mengajar di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Maros, Sulawesi Selatan.