Pentingnya Saling Menolong Sesama Perspektif Islam

Tidak akan menjadi masyarakat yang kokoh dan kuat, kecuali adanya dibangun atas dasar saling kerja sama, saling tolong menolong dan saling membantu antara satu sama dengan yang lainnya. Masing-masing diantara manusia berusaha saling membantu kebutuhan yang lain, baik itu dengan harta, jiwa ataupun yang lainnya. Dengan adanya saling tolong menolong dan membantu seluruh anggota masyarakat kita akan merasakan bahwa semuanya bagaikan satu raga, satu tubuh. prilaku tersebut merupakan salah satu amalan yang paling utama disisi Allah.
Sebagaimana Allah berfirman: Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.(al-Maidah [5]: 2)
Tolong-menolong dalam Kebaikan
Dengan berbuat kebaikan dan menolong orang dalam keadaan apapun niscaya ia akan mendapatkan timbal balik baik itu dari Tuhan maupun dari manusianya itu sendiri. Kaitannya dengan saling menolong sesama dalam kebaikan, al-Qur’an telah menggambarkan konsepnya yang tercantum dalam surat al-Maidah ayat di atas.
1. Al-Birr
Jika kata al-birru (kebajikan) disebutkan secara bersamaan dengan kata takwa, maka makna al-birru adalah bermuamalah secara baik dengan sesama manusia. Sedangkan makna takwa adalah melakukan semua perintah dan menjauhi semua larangan. Kadang-kadang, kebajikan berarti melakukan semua kewajiban. sedangkan takwa bermakna meninggalkan semua larangan.
Kebajikan (al-birr) mempunyai pengertian, yaitu:
a. Yang dimaksud dengan kebajikan adalah bermuamalah dengan orang lain dengan berbuat baik kepada mereka, bisa juga secara khusus kepada dua orang tua, seperti sering disebutkan “BirrulWalidain”.
b. Yang dimaksud dengan al-birr (kebajikan) adalah semua perbuatan yang merupakan wujud dari ketaatan kepada Allah, baik lahir ataupun batin.
2. At-Takwa
Takwa menurut bahasa berarti: batasan atau penghalang yang mencegah kita dari hal yang kita takuti. Bertakwa kepada Allah swt. mempunyai pengertian: menempatkan penghalang antara kita dengan siksa Allah swt. yang kita takuti itu. Dan ini dilakukan dengan jalan melaksanakan perintah Allah swt. dan menjauhi semua laranganNya.
Takwa merupakan kata yang singkat namun penuh dengan makna, mencakup semua yang dibawa oleh Islam; saling menolong dalam hal aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Takwa bukanlah kata-kata yang bermakna kosong tanpa bukti. Takwa adalah amal perbuatan dalam rangka ketaatan kepada Allah swt dan tidak melakukan maksiat kepada-Nya.
Jangan Tolong-menolong dalam Berbuat Dosa dan Pelanggaran
Allah menciptakan manusia yang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial, dimana satu sama lain saling membutuhkan sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya manusia diperintahkan untuk saling tolong-menolong dalam hal kebaikan dan taqwa. Manusia tidak lepas pula dalam melakukan kriminal atau kejahatan, melakukan tidak kejahan atau maksiat adalakanya yang bersifat individu dan adakalanya berkelompok.
Dalam ayat tersebut menggunakan lafadz ولاتعاونوا على الإثم Ibnu Jarir At-Thabari memberikan pengarahan yang dihendaki dari ayat tersebut adalah “yakni: meninggalkan apa-apa yang diperintahkan Allah pada kalian dengan melakukan maksiat”
Melampaui batas-batasan hukum syariat dan hukum adat (hukum suatu daerah) dalam bergaul. Tindakan manusia yang bersifat pelanggaran atau kriminal adalah sesuatu yang berkaitan dengan larangan baik itu larangan oleh Allah SWT maupun larangan yang sudah disepakati oleh suatu daerah tertentu.
Kodrat manusia diberikan nafsu oleh Allah SWT untuk digunakan dengan selayaknya. Maka manusia seharusnya dapat mengendalikan nafsu tersebut. Jangan sampai nafsu menguasai hati nurani sehingga melakukan tindak kriminal. Melanggar semua apa yang telah Allah larang, terlebih mengajak atau menolong orang lain dalam perbuatan pelanggaran. Seperti meminjamkan uang untuk berbuat judi, merahasiakan tindakan korupsi, agar ditemani mabuk-mabukan dengan rendah hati memberi minuman keras pada temannya.
Bertakwa Kepada Allah SWT
Sebagaimana yang dijelaskan di atas, takwa adalah melakukan semua perintah Allah dan meninggalkan semua yang dilarangannya. Seorang hamba yang baik, selayaknya saling menolong dengan hal kebaikan dan menegur temannya apabila melakukan tindakkan maksiat atau kejahatan. Sebagaimana Rasulullah bersabda:
Dari Annas berkata: Rasulullah Bersabda SAW: “Tolonglah saudaramu, baik dia berbuat aniaya ataupun dianiaya.” Ditanyakan : “Wahai Rasulullah, orang ini dapat aku tolong bila dalam keadaan teraniaya, tetapi bagaimana menolongnya jika dia berbuat aniaya?” Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menjawab : “Kamu cegah dia dari perbuatan aniaya, itulah cara kamu menolongnya.”
Meskipun berat untuk saling menolong dalam kebaikan dan begitu rasanya mudah untuk saling menolong dalam tindakan kejahatan, semuanya mendapatkan timbal bailik sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah:
“Orang yang menunjukkan (orang lain) kepada perbuatan yang baik, sama pahalanya) dengan pelaku kebaikan itu.”
Bersikap Tolong Menolong Kepada Non Muslim
1) Bersikap baik
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil. (Q.S. Al-Mumtahanah : 8)
Non Muslim mencakup seluruh golongan umat selain umat Islam, baik kafir Dzimi maupun kafir, baik Ahlul kitab maupun agama Anamisme dan Dinamisme.
Kalau kita menengok sejarah masa Rasulullah SAW, Rasulullah memiliki hubungan baik dengan non Muslim, sebagaimana Rasulullah SAW menyewa Abdullah bin Uraiqith al-Laitsi untuk menjadi petunjuk jalan ketika Rasulullah hijrah ke Madinah. Abdullah bin Uraiqith al-Laitsi adalah orang kafir Quraisy, teman akrabnya al-“˜Ash bin Wail al-Sahmi, ayahnya “Amr bin Ash.
Ketika kita meninjau historis masa Rasulullah, dengan piagam madinah yang dibuat oleh Rasulullah saw, Islam dan non Islam tentram. Mereka saling membantu antara satu sama lainnya dalam bersosial, bahkan Rasulullah pernah melindungi mereka seperti dalam sabdanya:
Qais bin Hafs menceritakan kepada kami, “Abdul Wahid menceritakan kepada kami, Hasan menceritakan kepada kami, Mujahid menceritakan kepada kami, dari “Abdullah bin Amr dari Rasulallah bersabda: barang siapa membunuh seeorang yang adaikatan perjanjian dengan kaum muslimin (kafir Dzimi) maka tidak akan mencium bau surga, dan bau surga dapat ditemukan dari jarak tempuh perjalanan 40 tahun (H.R. Bukhari).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa sangatlah penting untuk saling menolong. Dengan adanya kesadaran diri masing-masing, melakukan sesuatu dengan gotong-royong, akan menimbulkan kesejahteraan daerah yang didiami oleh manusia itu sendiri.
Hakikat dari tolong menolong terlebih yang memiliki nilai-nilai moral sebagaimana yang terkonsep dalam Agama maupun adat lingkungan. Islam memerintahkan seorang muslim untuk terus aktif dan berkarya dalam bersosial, tidak melihat dari suku, agama, ras. (*)