PHE WMO Lakukan Renegosiasi Pengadaan Rig
Bangkalan – PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) tetap berupaya memenuhi target produksi migas yang ditetapkan pemerintah, sekalipun harga minyak dunia sedang turun dari 100 dollar per barel pada tahun lalu menjadi sekitar 50 dollar per barel.
Langkah lain, PHE WMO juga melakukan renegosiasi ulang pengadaan rig dan servis pengeboran untuk mendapatkan harga yang lebih murah hingga 25%. Jika target itu terpenuhi, PHE WMO berharap bisa mulai melakukan pengeboran 5 sumur pengembangan dan 1 sumur eksplorasi pada tahun 2016 nanti.
Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Budi Agustyono, memberikan apresiasi kepada PHW WMO atas renegosiasi kontrak pengadaan rig.
Selain PHE WMO adalah Total E&P Indonesie yang sudah melakukan langkah serupa, menurutnya renegosiasi kontrak itu menjadi contoh yang bisa diikuti KKKS lainnya untuk menjaga keenonomian proyek yang telah direncanakan. Â
“Sudah ada contoh kasus, renegosiasi kontrak rig di Total E&P Indonesie dan PHE WMO,” katanya saat membuka Rapat Koordinasi Kehumasan Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi se-Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa), Rabu lalu.
Dia mengungkapkan, pencapaian target nasional bukan hal yang mudah karena terdapat kendala dalam pelaksanaan di lapangan. Terlebih di tengah turunnya harga minyak dunia, industri hulu migas dituntut melaksanakan efisiensi biaya operasi.
Selain renegosiasi kontrak, cara lain dengan melakukan perubahan skenario operasi lapangan yang lebih sederhana serta kolaborasi operasi dengan perusahaan migas yang wilayahnya berdekatan, seperti sharing penggunaan material dan peralatan.
Semenentara itu, ditemui terpisah, President General Manager PHE WMO Boyke Pardede mengatakan, proses tender pengadaan 3 anjungan sedang berlangsung, sementara proses pengadaan rig untuk pengeboran 5 sumur pengembangan dan 1 sumur eksplorasi masuk tahap prakualifikasi.
Kini karena harga minyak dunia turun 50 persen, PHE WMO berharap harap harga sewa rig dan servis pengeboran bisa turun 25 persen. Boyke menambahkan, pembangunan 3 platform dan pengeboran 5 sumur pengembangan serta 1 sumur eksplorasi tersebut sebenarnya merupakan proyek 2015, tetapi ditunda pengerjaan menjadi 2016.
Boyke menuturkan, PHE WMO berkomitmen untuk terus mendukung kinerja industri migas nasional. Di tengah kondisi harga minyak dunia yang mengalami penurunan signifikan, terjadi beberapa penyesuaian terhadap aktivitas perusahaan. Namun demikian,usaha-usaha untuk mencapai target produksi tetap dilaksanakan.
“Di awal 2015 lalu PHE WMO masih ada aktivitas pengeboran sumur pengembangan dan well works untuk memenuhi target produksi. Tetapi karena harga minyak masih belum membaik, pengeboran sumur lainnya kita tunda sampai dengan 2016,” terangnya.
Energi Nasional sebelum ini, dalam kunjungan ke FSO Abherka, Dirut Pertamina Dwi Sutjipto memberikan dukungan pada PHE WMO untuk melanjutkan pengeboran sumur produksi ataupun kegiatan eksplorasi untuk menambah cadangan di lapangan PHE WMO.
Dukungan untuk melakukan pengeboran sumur baru di Blok WMO, lebih punya dasar lagi karena seluruh produksi minyak PHE WMO dipergunakan untuk memasok kilang di dalam negeri, baik itu yang ada di Cilacap ataupun Balongan. Demikian juga seluruh produksi gas PHE WMO untuk memasok kebutuhan energi listrik Pembangkit Jawa Bali (BJB) dan PGN.
“Melihat biaya produksinya masih di bawah 42 dollar per barel, tidak ada alasan untuk tidak melakukan pengeboran sumur baru di PHE WMO,” pungkasnya. (mam/jaz)