Rini Iriani: Gerakan-Sosial Perlu Ditumbuhkan di Sekolah

Kepala SMK Medina Bandung, Rini Iriani (santrinews.com/makmun)
Bandung – Dunia pendidikan nasional mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Kecepatan perkembangan teknologi banyak mempengaruhi pola pendidikan. Di satu sisi pendidikan harus bertahan pada upaya pembangunan karakter kepribadian, di sisi lain harus pula beradaptasi dengan dentuman kemajuan teknologi dan ekonomi yang seringkali membawa kultur pada sisi-sisi kemunduran pribadi.
“Modernisasi banyak melahirkan kemajuan. Tetapi para pelaku pendidikan, terutama para guru yang setiaphari berinteraksi dengan siswa harus memperhatikan sisi-sisi negatifnya dari modernisasi, khususnya teknologi internet. Ada beberapa kencederungan modernisasi ini memerosokkan nilai-nilai kepribadian ke jalan pragmatis, ekonomis, a-asosial, dan bahkan cenderung destruktif merusak nilai-nilai,” kata Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Medina, Rini Iriani, kepada Santrinews.com, Rabu, 14 Oktober 2015.
Menurut aktivis NU dan KNPI ini, modernisasi tidak untuk disalahkan. Tetapi sikap kritis harus selalu dimunculkan karena tidak semua hal dari kemajuan itu bisa membawa ke jalan peradaban manusia.
“Saya sebagai pelaku aktif di dunia pendidikan selalu mencoba melihat keuntungan dan kerugian dari masalah karakter. Pola, cara hingga perhatian terhadap siswa sekolah di masa sekarang tentu berbeda dengan model pembelajaran di beberapa tahun lalu. Responsif dari para guru terhadap minat bakat siswa yang majemuk juga harus menjadi perhatian. Jika tidak, pandangan hidup siswa terhadap ilmu pengetahuan bisa membeku,” lanjut Rini.
Upgrading dan Gerakan Sosial
Atas dasar persoalan itu, di sekolahnya, SMK Medina, Jalan Banteng Kota Bandung, Rini Iriani pada tahun ini ingin membuat model gerakan pendidikan dengan pola yang baru. Setiap ada momentum dan kesempatan, ia ingin sekolahnya menjadi usaha pengembangan pendidikan.
Misalnya, pada bulan ini Sekolah SMK Media akan mengadakan Inhouse Training sebagai cara upgrading pemahaman pembelajaran yang baru di kalangan guru. Berlanjut kemudian pada acara sumpah pemuda 28 Oktober 2015 nanti, Rini bersama guru-guru di SMK Media Bandung akan mengadakan acara bakti sosial melibatkan guru, siswa, masyarakat, dan tokoh masyarakat.
“In-House Training bersama Bu Anna Farida, seorang guru kreatif yang pengetahuannya tentu patut diserap untuk para guru sekolah formal. Pengalaman dari luar sangat penting karena kita harus terbuka pada pandangan yang berbeda. Adapun bakti sosial tentu maknanya bukan sekadar bagi-bagi sembako bagi keluarga kurang mampu, melainkan lebih untuk membuka diri dengan pihak luar, dan yang lebih penting lagi menunjukkan kepada masyarakat bahwa para siswa SMK bisa menampilkan kompetensi yang mereka miliki,” terangnya.
Dalam pandangan Rini, dunia pendidikan harus kuat membangun model pengembangan sosial-kemasyarakatan karena kelak nanti para siswa akan hidup di masyarakat.
Dengan beragam kegiatan mereka akan memahami bagaimana hidup berkegiatan di masyarakat. Lain dari pada itu menurut Rini, guru-guru pun bisa berhubungan dengan kelompok luar seperti aktivis swadaya masyarakat, wartawan, dan tokoh masyarakat.
“Itu penting agar kita terus kaya akan interaksi. Banyak teman banyak kemudahan. Luas jaringan luas kreativitas. Kemajuan hanya bisa diraih melalui kerjasama,” ungkapnya. (yus/onk)