Seni, Strategi Baru Dakwah Kaum Sarungan
Para pegiat Masyarakat Seni Pesantren, di Asta Apae, Cabbiya, Talango, Sumenep (Slamet W/Santrinews.com)
Sumenep – Santri tidak lagi identik dengan kaum sarungan. Santri tidak sekadar ngaji kitab kuning dan mimpin tahlil semata. Tapi santri sudah merambah berbagai dimensi masyarakat dalam melakukan dakwah.
Bertempat di Asta Apae, di dusun Antaka, Cabbiya, Kecamatan Talango, Sumenep, Ahad, 8 September 2013, seratus lebih santri dari berbagai komunitas seni pesantren yang tergabung dalam paguyuban Masyarakat Seni Pesantren (MSP), berkumpul.
Pada acara rutin ‘Ahad Kalebunan’ itu, para santri mengekpresikan ide dan gagasan dakwah mereka melalui seni.
Turmidzi Jaka, ketua MSP, menuturkan bahwa paguyuban yang dipimpinnya dimaksudkan untuk menemukan impuls kesenian yang intens.
“Dengan membiarkan setiap komunitas mengekpresi diri, lalu mengolah gagasan tersebut ke dalam bentuk kesenian, akan memungkin munculnya gairah seni anak muda,” tuturnya.
Mulanya, MSP tumbuh bersama Lesbumi. Tapi pada perkembangannya, MSP lebih memilih mandiri. Alasannya, agar kegiatannya bisa bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Mahendra, salah satu pegiat MSP menegaskan perlunya sikap independen dalam melakukan dakwah ke masyarakat. “Kaum santri seharusnya dapat bersikap independen. Tujuannya agar santri tetap menjadi panutan masyarakat,” tandasnya.
Lebih jauh, alumni Pondok Pesantren Mathali?ul Anwar, Sumenep, ini berharap para lulusan pesantren hendaknya memiliki strategi baru dalam berdakwah.
“Sekarang masyarakat tidak hanya butuh pemecahan hukum agama. Tapi mereka juga butuh hal-hal lain. Untuk itulah, MSP mencoba hadir,” pungkas alumnus UIN Sunan Kalijaga ini. (met/ahay)