Hikayat Nabi dalam Studi Filologi Nusantara

Naskah kuno merupakan salah satu objek penelitian filologi yang belakangan menjadi cabang khusus dalam studi ilmu sejarah. Kajian filologi menjadi salah satu media yang tepat untuk mengungkap rekam jejak sejarah, ide-ide, gagasan pikiran, dan kearifan lokal dari suatu masyarakat.

Dapat dikatakan, kajian filologi tentang naskah-naskah kuno dari berbagai aspeknya secara multidisipliner akan membuka kembali cakrawala pengetahuan tentang masa lalu suatu masyarakat.

Dalam dunia akademik, studi filologi atas naskah-naskah kuno “sempat” tidak mendapat perhatian penting dari para peneliti. Naskah kuno hanya diposisikan sebagai benda tua yang tidak banyak mempunyai manfaat di masa modern ini. Hal ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang belum mengetahui bahwa kajian ilmiah terhadap naskah kuno memiliki sumbangsih sangat penting dalam merekontekstualisasi pemikiran, nilai-nilai luhur serta sosio-kultural suatu bangsa di masa lalu.

Di Nusantara, kajian filologi atas naskah-naskah kuno menjadi bidang kajian menarik dan banyak digandrungi oleh kesarjanaan muslim setelah dihembuskannya brand “Islam Nusantara” oleh Nahdlatul Ulama pada Muktamar ke-33 di Jombang 2015 lalu.

Isu Islam Nusantara dengan segala bentuk metodologi dan akar kesejarahannya yang belum tersusun rapi, menjadi tanggungjawab moril bagi ilmuan muslim untuk menarasikannya kembali secara konprehensif. Sehingga, kajian filologi menjadi salah satu tawaran metodologi menarik untuk menyelami kembali masa lalu kesejarahan masyarakat Nusantara ini.

Mahmudah dalam penelitiannya tentang Naskah Kuno Lampung yang disusun berdasar hasil kerjasama dengan Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta, Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI menyebutkan bahwa naskah kuno hari ini terbilang cukup langka. Sebab naskah-naskah tersebut banyak yang hilang karena dianggap tidak berguna.

Oleh karena itu, Mahmuda menganggap penting untuk membuat suatu penelitian khusus tentang naskah kuno di Nusantara.

Dalam proses dokumentasi naskah kuno, Mahmudah mendapati satu naskah tua berbahasa Melayu yang menceritakan tentang hikayat Nabi bercukur. Cerita ini sebanarnya telah masyhur dan lumrah diceritakan oleh masyarakat kita. Penelitian yang dilakukan Mahmudah menjadi menarik karena ia bersentuhan langsung dengan naskah kuno tersebut.

Hikayat Nabi Bercukur
Dalam studi filologi ini, Mahmudah menfokuskan objek kajiannya pada bahan yang ditemuinya di Lampung, yaitu naskah tua berbahasa Melayu yang menceritakan tentang Hikayat Nabi Bercukur (HNB).

Mahmudah memperoleh naskah tersebut dari Majelis Penyeimbang Adat Lampung (MPAL) di Kota Bandar Lampung. Naskah tersebut disimpan oleh Abdul Roni, Ratu Angguan yang masih menjadi anggota di lembaga tersebut.

Mahmudah menjelaskan bahwa naskah koleksi Abdul Roni, Ratu Angguan ini tidak memiliki judul khusus yang ditulis secara spesifik. Hal itu karena pada bagian awal teks tidak memiliki sampul dan keterangan. Tetapi berdasarkan hasil pembacaan Mahmudah atas berbagai literatur pendukung lainnya menyebutkan bahwa teks mengenai cerita Nabi bercukur ini cukup populer di Nusantara.

Teks naskah HNB dari koleksi Abdul Roni ini memiliki corak karakter dan kekhasan tersendiri. Teks naskah ini ditulis tangan dengan aksara Lampung. Secara umum naskah tersebut menceritakan tentang cerita Nabi Muhammad yang dicukur rambutnya oleh Malaikat Jibril.

Selain itu, Mahmudah juga menyebutkan bahwa naskah HNB yang ditemukannya berjumlah dua puluh delapan halaman. Aksara yang dituliskan dalam naskah tersebut masih dapat dibaca dengan jelas walau delapan halaman naskah rusak dan dua halaman rusak parah.

Adapun bahan yang digunakan dalam naskah tersebut berupa kulit kayu. Teksnya berbahasa Melayu yang dipengaruhi bahasa Serang. Naskahnya berukuran 11,7 × 9 cm dengan ukuran teks 10,5 × 8 dan berjumlah 28 halaman dengan 8,7,6 dan 9 baris perhalaman dan tidak ada penomoran.

Secara psikologis, cerita Nabi bercukur ini menjadi kepercayaan dan sistem nilai di tengah-tengah masyarakat Lampung. Hal ini dikarenakan dalam naskah HNB dan bahkan dalam hikayat tutur masyarakat Lampung sering mengaitkan peristiwa Nabi bercukur dengan firman Allah dalam QS. Al Fathayat ayat 27.

Arti ayat tersebut kurang lebih begini: “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.”

Menurut Mahmudah, pada hakikatnya ayat tersebut menjelaskan tentang perintah tahallul dalam ibadah haji dan umrah. Tetapi, oleh karena ayat ini dikutip dalam teks-teks klasik yang menerangkan hikayat nabi sebagaimana yang terdapat dalam HNB ini, maka semakin memantapkan pembaca atas kebenaran HNB tersebut. Bahkan, hikayat tersebut mampu meningkatkan keimanan kepada Allah dan Rasulullah SAW.

Bersamaan dengan itu, ditemukannya teks-naskah HNB ini di masyarakat Lampung secara sosiologis menunjukkan kondisi masyarakat Lampung sudah dahulu sekali “menerima” dan terpengaruh dengan cerita Islam. Bukti kuat atas pengaruh Islam atas naskah tersebut dapat dilihat pada penyebutan Allah dan Nabi Muhammad dalam teksnya.

Selain itu, naskah HNB ini juga memilliki berbagai makna dan fungsi yang beraneka ragam. Termasuk didalamnya adalah fungsi magis, fungsi sejarah yang mengisahkan kejadian yang dialami oleh raja serta fungsi motivasi pergerakan dan kepahlawanan di masyarakat Lampung.

Berdasarkan deskripsi temuan sebagaimana telah dijarbarkan, Mahmudah berkesimpulan bahwa kajian filologi atas naskah-naskah kuno sangat penting untuk ditekuni lebih mendalam lagi. Karena kajian model ini dapat mengungkap pelajaran, nilai-nilai luhur serta sejarah masa lalu suatu bangsa untuk direkontekstualisasikan di abad modern hari ini. (*)

Ahmad Fairozi, Alumni Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Sumenep. Kini sedang merampungkan studi di Pascasarjana UNUSIA Jakarta.

Terkait

Dirosah Lainnya

SantriNews Network