Konsep Ketuhanan Allah SWT Perspektif Teori Isim Mufrad
Oleh: Moeslich El Malibary
BANYAK orang salah kaprah dalam memahami ilmu ketuhanan, Misalnya, ada seorang dosen di Universitas Indonesia yang beberapa waktu lalu mengatakan: “Allah kan bukan orang Arab. Jadi tidak marah jika kalamnya dibaca dengan langgam jawa”.
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa dosen tersebut sangat kurang dalam memahami ketuhanan dan sebagainya. Yang sangat memprihatinkan dia adalah seorang dosen di universitas ternama.
Akhirnya kami menemukan teori baru untuk mengenal lebih dalam tentang ketuhanan yang dengan harapan semoga bermanfaat.
Semua pencari ilmu agama pasti tahu atau pernah mendengar bahwa dalam pelajaran ilmu Gramatika (nahwu) ada istilah isim mufrod. Devinisi (pengertian) Isim mufrod dalam ilmu gramatika adalah:
ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﺜﻨﻰ ï»ï»» ï»£ïº ï»¤ï»®ï»‹ïºŽ ï»ï»» ï»£ï» ïº¤ï»˜ïºŽ ﺑﻬﻤﺎ ï»ï»» ﻣﻦ ïºï»·ïº³ï»¤ïºŽïº€ ïºï»Ÿïº¨ï»¤ïº´ïº” .
“Suatu isim yang selain tatsniyah (bermakna dua), jama’ (berarti banyak), dan yang menyerupai keduanya, dan selain dari asma’ khomsah”.
Dalam hal ini, devinisi isim mufrad mencocoki dalam hal ilmu teologi (tauhid) untuk mengenal tentang Allah SWT yaitu:
Isim Mufrod: adalah nama untuk satu yang tiada bandingannya yaitu Allah SWT.
Selain tatsniyah: Allah SWT tidak ada yang menyamainya sesuatu apapun. Tidak ada duanya.
Selain Jama’: Yang patut dan layak (wajib) disembah tidak ada 3 seperti kepercayaannya Kristen dan tidak lebih, tetapi hanya satu yaitu Allah SWT.
Tidak yang menyerupai keduanya: Bahwa tiada sesuatu apapun, entah itu berupa apa saja, mempunyai sifat apa saja yang layak dan patut disembah kecuali Allah SWT.
Tidak termasuk Asma’ Khamsah, seperti yang kita tau bahwa Asma Khamsah itu ada lima: Abun (bapak) Akhun (saudara), Hamun (saudaranya istri), Fauhun “fu” (mulut), dan Dzu (mempunyai). Jadi Allah SWT itu tidak termasuk Asma Khamsah, maksudnya: Abun: Allah SWT bukan bapak dari siapapun. Begitu pula tidak mempunyai anak seperti kepercayaan orang kristen bahwa ada tuhan bapa dan tuhan anak (Isa AS).
Akhun: Allah SWT tidak bersaudara. Hamun: Allah SWT tidak mempunyai saudara entah itu dari mana saja, tidak beristri, sehingga sangatlah jauh bila mempunyai saudara dari istri.
Fauhun “fu” : Allah SWT tidak mempunyai mulut begitu juga tidak mempunyai tangan, wajah, dll, tidak membutuhkan mulut untuk berbicara, tidak berjalan, tidak bertempat di langit (karena jika bertempat berarti membutuhkan tempat) dll. Hal ini membantah sebagian golongan yang mempunyai kepercayaan bahwa Allah SWT mempunyai tangan, wajah, bertempat di atas langit, dll.
Dzu: Allah SWT tidak mempunyai sifat bodoh, lemah, tuli, buta, bisu dan semuanya yang menunjukkan kekurangan. Tetapi Allah SWT mempunyai dan menguasai segala alam dan isinya.
Jadi kesimpulannya: Allah SWT adalah tuhan yang hanya satu adanya, tidak ada bandingannya dan bersekutu kepadanya, tidak beranak dan diperanakkan. Begitu pula tidak bersaudara, tidak membutuhkan mulut untuk berbicara, tangan untuk menciptakan, dan sebagainya, yang menunjukkan kelemahan, tidak bodoh, tuli, buta dan selainnya yang menunjukkan kekurangan.
Sulthanul Ulama Al Izz bin Abdussalam berkata: Allah SWT tanpa jasad yang bisa digambar, sesuatu yang tidak terbagi dan terbatasi, tidak menyerupai sesuatu dan tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya, tidak meliputi arah, tidak bertempat di bumi dan di langit, ada-Nya sebelum menciptakan tempat dan memutar balikkan waktu, sekarang ada-Nya juga seperti dahulu ada-Nya. Dan ulama-ulama lainnya yang senada dengan perkataannya. (*)
Moeslich El Malibary, Mahasiswa sekaligus santri di Universits Imam Syafi’i Yaman.