Kiai adalah Isim, Ulama itu Musamma
Kiai adalah isim, sebutan yang diberikan masyarakat terhadap seorang tokoh. Karena itu, sealim apapun seseorang, jika masyarakat tak memanggilnya kiai, maka ia bukan kiai.
Seluas apapun penguasaan Prof Quraish Shihab di bidang tafsir al-Qur’an, beliau tetap bukan kiai karena masyarakat tak memanggilnya kiai.
Sedangkan ulama adalah musamma. Ulama bukan julukan atau pemberian masyarakat. Ulama terkait dengan keilmuan seseorang. Karena itu, orang yang memenuhi kualifikasi ulama adalah ulama, sekalipun masyarakat tak menyebutnya ulama.
Sebaliknya, orang yang baca al-Quran saja tak bisa apalagi untuk membedakan mubtada’ dan khabar, maka ia bukan ulama sekalipun televisi dan masyarakat telah menyebutnya ulama.
Sodara-sodara, sesungguhnya pesantren-pesantren NU itu dirancang untuk mencetak ulama bukan memproduksi kiai. Bahwa kelak sebagian dari mereka ada yang jadi kiai, maka itu bonus saja.
Terlampau banyak alumni pesantren NU yang memenuhi kualifikasi ulama dan dipanggil kiai. Salah satunya adalah KH MA Sahal Mahfudz. Masyarakat memanggil beliau dengan sebutan kiai, karena itu beliau adalah kiai.
Apakah Kiai Sahal seorang ulama? Rasanya tak ada yang meragukan keulamaan Kiai Sahal. Beliau telah menulis banyak karya, tak hanya dalam bahasa Indonesia. Bahkan, sebagian besar karyanya adalah berbahasa Arab.
Kiai Sahal adalah contoh anak kiai yang jadi kiai, anak ulama yang jadi ulama. Dalam kasus NU, banyak juga yang bukan anak kiai jadi kiai besar, dan bukan anak ulama jadi ulama besar.
Misalnya, ayahanda KH Bisri Mustofa bernama H Zainal Mustofa tak dikenal sebagai seorang ulama dan tak dipanggil kiai. Namun, sejarah mencatat, Kiai Bisri (Zainal) Mustofa yang di masa kecil bernama Mashadi itu akhirnya menjadi kiai besar dan ulama besar.
Bahkan, putra Kiai Bisri sekaligus cucu H Zainal Mustofa bernama KH Mustofa Bisri pernah menjadi Rais ‘Aam PBNU dan cucu Kiai Bisri (cicit H Zainal Mustofa) bernama KH Yahya Cholil Staquf sekarang menjadi Ketua Umum PBNU 2022-2027.
Kalau mau ditambahkan adalah KH Afifuddin Muhajir. Beliau bukan anak seorang kiai dan juga bukan anak seorang ulama. Namun, kita tahu, Kiai Afif dipanggil kiai dan sekarang menjadi Wakil Rais ‘Aam PBNU. Soal keulamaan Kiai Afif, saya kira sudah banyak orang membicarakannya.
Walhasil, sekiranya Kiai adalah soal panggilan, maka ulama adalah soal kapasitas dan kemampuan. Kiai adalah isim (اسم) dan ulama adalah musamma (مسمى). (*)
Senin, 18 April 2022
Salam,
Abdul Moqsith Ghazali, Katib Syuriah PBNU.