Soal Disiplin Waktu? Belajarlah kepada Kiai Mahrus Ali Lirboyo

KH Mahrus Ali (tengah) saat menerima As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki (Makkah) di Pondok Pesantren Lirboyo tahun 1981. (santrinews.com/mwk)

Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri generasi kedua, yakni almaghfurlah KH Mahrus Ali memiliki komitmen kuat menjaga waktu dalam keseharian. Saat masih nyantri, kiai yang wafat tahun 1985 ini bahkan membuat peraturan sendiri yang akan “menjerat“nya agar memiliki capaian tertentu.

Penuturan tersebut disampaikan KH Anwar Mansur, menantu Kiai Mahrus. Dalam sebuah penuturannya, Rais Syuriah PWNU Jawa Timur ini mengemukaan keteladanan Mbah Kiai Mahrus yang perlu diikuti adalah kesungguhan dan konsistensinya dalam mengatur dan menggunakan waktu.

Aktifitas keseharian menantu dari KH Abdul Karim yang juga pendiri Pondok Pesantren Lirboyo ini dijadwal secara teratur. Mulai waktu untuk istirahat, shalat tahajud, muthalaah (mengkaji ulang pelajaran), sampai waktu khusus yang dialokasikan untuk mengulang pelajaran sehabis shalat Subuh.

Bagi Mbah Mahrus,waktu merupakan sesuatu yang tidak ternilai harganya, sehingga beliau sangat ketat dalam mengatur waktu. Jadi ada waktu khusus yang dialokasikan seperti untuk menghapal, nderes, serta waktu istirahtpun diperhatikan.

Tidak berhenti sampai di situ aturan yang Mbah Mahrus lakukan. KH Mustofa Bisri, salah seorang santri dekat beliau bercerita bahwa Kiai Mahrus Ali ketika belajar di pondok menggunakan sistem nazar.

Misalnya, membuat komitmen pada diri sendiri, “Saya tidak akan keluar kamar sebelum hafal Alfiah, saya tidak akan pakai baju sebelum menguasai materi bab ini, dan begitu seterusnya.” Subhanallah.

Almaghfurlah KH A Idris Marzuki saat diwawancarai tim penulis buku Pesantren Lirboyo, Sejarah, Peristiwa, Fenomena dan Legenda, tahun 2010, menguatkan pernyataan yang disampaikan Gus Mus tersebut. Beliau menuturkan bahwa Kiai Mahrus Ali itu sangat kuat dalam memaksa dan menahan diri supaya bisa mempeng (sangat tekun belajar). Kiai Mahrus mereka-reka sendiri, menciptakan pula metode sendiri dalam belajar.

Saat masih nyantri, Mbah Kiai Mahrus membangun sebuah kamar yang didesain supaya jika beliau sudah memasukinya akan kesulitan keluar dari ruangan itu. Hal tersebut dilakukan agar benar-benar dapat fokus muthalaah dan belajar. Jadi model beliau menguasai suatu disiplin ilmu di antaranya seperti itu. Semua keinginan hawa nafsunya dikekang sedemikian rupa. (*)

Sumber: Buku “Pesantren Lirboyo, Sejarah, Peristiwa, Fenomena dan Legenda”

Terkait

Hikmah Lainnya

SantriNews Network