UMKM Andalan Bank Syariah Hadapi MEA

Bandung – Menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, perbankan syariah Indonesia masih dapat bersaing dengan tetap berorientasi kepada pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sektor UMKM diyakini bisa menjadi tameng dari derasnya arus perbankan syariah asing yang diprediksi masuk ke dalam negeri.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Pasundan Acuaviarta Kartabi mengatakan, pasar bebas di Asia Tenggara akan memunculkan ancaman dari lembaga keuangan syariah asing. Mereka unggul dari sisi modal, kualitas SDM, serta Teknologi Informasi (TI).

“Kita (perbankan syariah di Indonesia) masih kalah. Salah satunya dari sisi SDM,” ujarnya, Kamis 13 Nopember 2014.

Dia seperti dilansir Inilah menjelaskan, jumlah UMKM di Jawa Barat yang mencapai 9,5 juta unit menjadi pangsa pasar yang seksi bagi perbankan syariah. Angka tersebut dipastikan terus tumbuh seiring pertumbuhan ekonomi.

Namun, dirinya mengakui persaingan pembiayaan pada segmen tersebut terbilang ketat. Selain perbankan syariah, kue UMKM juga diperebutkan perbankan konvensional, asing, dan lain-lain. “UMKM akan menjadi andalan yang menjanjikan bagi perbankan syariah,” katanya.

Selain fokus menggarap UMKM, menurut dia, perbankan syariah mesti bersiap diri dan meningkatkan daya saing melalui penguatan pada sektor andalan seperti UKM. Hal ini dinilai lebih tepat jika dibandingkan dengan bermain di pasar keuangan dan yang lainnya.

Perbankan syariah juga sebaiknya meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan pelatihan dan sekolah kepada para karyawan. Seperti diketahui, perbankan kerap kesulitas mencari SDM berkualitas yang paham akan keuangan syariah.

“Perbankan syariah juga mesti melakukan inovasi produk dan memperkuat permodalan. Modal besar akan mempermudah dalam memperluas jaringan,” katanya.

Untuk diketahui, total aset perbankan syariah Indonesia per Agustus 2014 mencapai Rp244,1 triliun, naik sekitar 20% dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp223,5 triliun.

Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh 19%, dari Rp170 triliun pada Agustus 2013 menjadi Rp185,5 triliun pada Agustus 2014. (sep/ahay)

Terkait

Iqtishodiyah Lainnya

SantriNews Network