Moch Eksan Semangati Pengusaha Muda Hadapi MEA

Moch Eksan di hadapan para pengusaha muda Jember (santrinews.com/ist)
Jember – Anggota Komisi E DPRD Jatim asal Partai NasDem, Moch Eksan menyatakan salah satu modal dasar peling penting untuk menghadapi pasar bebas pada Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah kemampuan daya saing.
Hal itu disampaikan Eksan saat menjadi pembicara pada acara Musyawarah Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jember, di Aula Bank Indonesia Jember, Ahad, 29 Mei 2016.
Eksan menjelaskan, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean ke-9 Tahun 2003 di Bali memutuskan untuk membentuk Asean Economic Community (Masyarakat Ekonomi Asean). “KTT itu menyepakati free trade (perdagangan bebas) di kawasan Asean,” ujarnya.
MEA, menurut Eksan, memiliki tujuan mulia, yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, dan meningkatkan pembangunan ekonomi kawasan Asean yang menyatu dan terpadu.
“Bagi Indonesia bisa menjadi ‘kabar gembira’ dan bisa pula menjadi ‘kabar duka’ bagi kedaulatan ekonomi nasional, tergantung bagaimana kita menyikapi,” tandas wakil rakyat asal Dapil Jember-Lumajang ini.
Menghadapi MEA, menurut Eksan, modal dasar dari sebuah negara manapun di pasar bebas, adalah kemampuan daya saing, produk unggulan, pasar, dan pelaku usaha. “Indonesia memiliki modal dasar tersebut,” tegasnya.
Untuk itu, Eksan mengajak seluruh elemen anak bangsa menggunakan modal dasar tersebut untuk mengembangkan kemampuan daya saing, melahirkan produk unggulan, membuat pasar, dan mencetak pelaku usaha nasional yang handal. Tak terkecuali pemuda yang mempunyai sejarah kepeloporan di republik ini.
Apalagi, menurut mantan aktifis HMI ini, pemuda sebagai pelaku usaha merupakan pengusaha yang jumlahnya masih sangat kecil. Mantan Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan menyebutkan, jumlah pengusaha Indonesia hanya 1,56 persen dari jumlah penduduk.
Jumlah itu jauh tertinggal dengan Amerika yang 12 persen, Jepang yang 10 persen, Singapura yang 7 persen, dan seterusnya. Sementara, pengusaha muda, berdasar data keanggotaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) hanya 25 ribu lebih saja.
Jumlah pengusaha muda yang sangat kecil tersebut, kata Eksan, menyulitkan pemuda menjadi inti kekuatan ekonomi nasional. Usaha dan ikhtiar harus terus-menerus dilakukan agar hambatan yang menghalangi munculnya pengusaha baru bisa diatasi. “Salah satunya sistem pendidikan yang tak mendukung, ingin hasil yang instan, ambisi yang besar, inovasi yang rendah,” pungkasnya. (rus/onk)