Ali Fauzi Sebut Jawa Timur Rahim Terorisme

Ali Fauzi (tengah) berbicara kepada sesama jamaah di masjid Baitul Muttaqin di Tenggulun, Jawa Barat pada 7 November 2008 (santrinews.com/afp)
Madiun – Mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI), Ali Fauzi, mengatakan Provinsi Jawa Timur adalah peta penting terorisme di Indonesia. Ia menyebut bahwa sejumlah teroris dan terduga teroris berasal dari daerah ini. Salah satunya adalah Faturrahman Al-Ghozi asal Kabupaten Madiun yang tertembak di Filipina beberapa tahun lalu.
“Jejak rekam di Jawa Timur yang menjadi rahim gerakan mereka tidak bisa dikesampingkan,” kata Fauzi saat Deklarasi dan Sosialisasi Peraturan Gubernur Jawa Timur No 51 Tahun 2014 tentang Larangan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), di Wisma Haji Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis, 4 September 2014.
Indikasi lain yang membuat Jawa Timur “berbahaya”, menurut Fauzi, adalah berangkatnya sejumlah warga Jawa Timur ke Timur Tengah untuk bergabung dengan ISIS pada Juli lalu.
“Polisi dan tentara saja tidak akan bisa mencegah meluasnya paham ISIS di Jawa Timur,” kata Fauzi, yang kini menjadi pemerhati masalah terorisme ini.
Tahun 1998, Ali Fauzi ditunjuk JI Jawa Timur menjadi instruktur materi metode pengeboman. Selama di JI, dia sudah melatih 250-an orang Indonesia belajar merakit bom.
Setiap anggota JI didoktrin jihad. Namun, jihad yang diajarkan itu dinilainya tak sesuai syariah Islam. Lebih pada jihad dengan cara radikal.
Menurut Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Provinsi Jawa Timur Zaenal Muhtadien, seperti dilansir Tempo, untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat diperlukan sikap aktif dari pemerintah provinsi, kabupaten/kota.
Pimpinan daerah harus terus berkomunikasi secara intensif kepada para tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, dan beberapa pihak terkait lainnya.
Upaya lain yang perlu dilakukan, ia melanjutkan, adalah memetakan secara detail daerah yang terindikasi menjadi tempat persembunyian pendukung ISIS.
Saat ini sejumlah daerah mendapat perhatian, yakni Lamongan, Magetan, Sidoarjo, dan Malang. “Kewaspadaan perlu terus ditingkatkan,” ujar Zaenal. (saif/ahay)