Antisipasi Bencana, Tokoh Pesantren Susun ‘Contingency Plan’
Jakarta – Sejumlah kiai dari pondok pesantren di beberapa daerah di Indonesia tengah menyusun “Contingency Plan” atau rencana yang diliputi ketidakpastian guna mengantisipasi munculnya beragam bencana di Tanah Air.
“Sehubungan munculnya beragam bencana akhir-akhir ini, kalangan pesantren menyiapkan diri dengan menyusun rencana kontinjensi,” kata Pelaksana Subdit Pendidikan Pesantren Kementerian Agama, Mohammad Zen, di Jakarta, Kamis malam, 9 Oktober 2014.
Mohammad Zen mengemukakan, kalangan pesantren di Tanah Air kini makin menyadari arti pentingnya perencanaan kontinjensi dalam menghadapi bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia.
Kontinjensi itu sendiri adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi, dan perencanaan kontinjensi pada hakikatnya adalah suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi tersebut.
Dijelaskan Zen, seperti dilansir Antara, rencana kontinjensi di lingkungan pondok pesantren tersebut kini disusun dalam lokakarya “Disaster Management Plan” (Rencana Manajemen Bencana) yang diselenggarakan di Yogjakarta tanggal 8 sampai 10 Oktober 2014.
Menurut Mohammad Zen yang juga pengurus Ormas Islam Mathla’ul Anwar itu, dengan topografi alam yang berada di wilayah ring of fire (cincin api), peluang bencana seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, dan longsor bisa terjadi setiap saat di Indonesia.
Lokakarya itu dibuka oleh Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi DIY, Maskul Haji serta diikuti oleh seratus peserta utusan dari pondok pesantren se-Indonesia. Menurut Maskul, pondok pesantren yang berjumlah sekitar 27.000 lembaga dengan jumlah santri sekitar empat juta orang termasuk pihak yang mengalami kerentanan bencana.
Ia minta agar pesantren bisa menjadi tempat untuk menampung korban bencana, karena warga korban bencana pada umumnya lebih nyaman tinggal sementara di lingkungan pondok pesantren.
Dalam lokakarya yang juga dihadiri pakar kebencanaan serta konsultan Bank Dunia, Kurnawan Zulkarnain itu para peserta juga berbagi pengalaman dalam mengatasi berbagai musibah bencana alam.
Salah satu pondok pesantren yang aktif berperan dalam menanggulangi bencana saat gunung api meletus adalah Pondok Pesantren Sirajul Huda di Kecamatan Tiga Bilanga, Karo Sumatera Utara. Pesantren ini hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari Gunung Sinabung yang meletus.
Dalam kaitan itu, pimpinan Pondok Pesantren Sirajul Huda, KH Saifudin Tarigan, menjelaskan, pesantrennya menampung 3.000 pengungsi Sinabung saat meletus beberapa waktu lalu. Mereka mengungsi di pesantren tersebut selama sebulan lebih.
Pesantren lain yang berperan dalam penanggulangan bencana adalah Al Mubaarok, Sleman, Yogyakarta. Pesantren yang berdiri sejak tahun 2004 itu berjarak sekitar 17 kilometer arah barat Merapi.
Pengasuh Pesantren Al Mubarok, Kiai Muhammad Arifatul Haq, menjelaskan, pesantrennya menjadi posko penampungan warga saat musibah terjadi. Sekitar 100-an pengungsi dapat ditampung di pondok tersebut selama terjadinya erupsi Merapi.
Namun ketika radius jarak aman diperluas menjadi 20 kilometer, posko di pesantren tersebut tidak bisa dilanjutkan karena masuk dalam kawasan bahaya. Sebagai gantinya ponpes mengirim para santri ke barak-barak pengungsi untuk memberikan pembinaan mental bagi para pengungsi. (nin/ahay)