Bahas ISIS, Ratusan Kiai dari 33 Provinsi Kumpul di Al-Hikam

Gedung Pondok Pesantren Al Hikam, Depok Jakarta (dok/santrinews.com)

Jakarta – Ratusan ulama dan kiai dari 33 provinsi seluruh Indonesia dan ulama-ulama lintas organisasi se-Jabodetabek siap menghadiri acara seminar bertajuk ‘Konflik dan Transisi Demokrasi di Timur Tengah’, di Pondok Pesantren Al-Hikam Depok Jakarta, pada 30-31 Oktober 2014.

“Jumlah peserta sekitar 400 orang. Hari ini sudah datang dari daerah masing-masing di pesantren Al-Hikam,” kata panitia bidang media, Ahmad Millah Hasan, di Jakarta, Rabu 29 Oktober 2014.

Seminar ini dilaksanakan atas kerjasama International Conference of Islamic Scholars (ICIS) dengan Direktorat Tmur Tengah Kementerian Luar Negeri serta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Seminar ini secara khusus akan membahas soal ISIS dengan menghadirkan sejumlah tokoh dan ulama dari Irak dan Suriah. “Megawati Soekarno puteri diagedakan menjadi keynote speaker,” katanya.  

Sejumlah pembicara hadir. Antara lain KH Hasyim Muzadi selaku tuan rumah, dewan Waqf Sunni Iraq, dewan Waqf Iraq, Kemenlu Iraq, BNPT Iraq, Jenderal Moeldoko, Jenderal Sutarman, dan Ansyad Mbai. Selain itu, seminar ini juga menghadirkan Najih Ibrahim (Mesir), Bhasar Samarah (Suriah), Duta Besar Palestina Farez Mehdawi, Direktur Timteng Kemenlu Febrian Alphyanto Ruddyard. 

“Seminar ini ingin mengetahui akar masalah masalah ISIS dari orang Iraq dan Syiria sendiri. Karena itu, tokoh Iraq dan Syiria dihadirkan ke Indonsia,” katanya.

Menurutnya, selama ini orang Indonesia mendapat infomarsi tentang ICIS sepotong sepotong. Dengan seminar ini, diharapkan akan mememberikan pemahaman mendalam tentang ISIS. Mengigat masalah ISIS dampaknya bisa ke Indonesia.

“Perkembangan politik, kebangsaan dan keagamaan di kawasan Timur Tengah, terus diwarnai kekerasan dan berpotensi mengancam stabilitas kemananan dunia,” kata alumni Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Lamongan ini.

Meski jarak antara Indonesia dan Kawasan Timur Tengah sangat jauh, namun konstelasi konflik dan ketegangan di Timur Tengah selalu berdampak pada situasi nasional dan ke-Indonesian. Hal ini terbukti dengan munculnya aktor-aktor atau aktifis Islam Indonesia yang bersimpati dan mendukung gerakan ISIS.

“Begitu juga terdapat sejumlah warga Indonesia yang  bergabung dengan gerakan oposisi Syria yang berjuang untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar Abad,” jelas mantan aktivis IPNU dan PMII ini.

Lebih lanjut, ia mengatakan, berdasarkan fakta di atas maka ICIS bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri RI dan BNPT akan menyelenggaraan seminar ini.

“Untuk meng- update situasi dan perkembangan Timur Tengah sebagai bagian untuk menjaga stabilitas dan keamanan Indonesia,” ungkapnya. (ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network