Ini Kenangan PCNU Semarang Bersama KH Hasyim Muzadi

Semarang – Warga Nahdlatul Ulama Kota Semarang merasakan duka cita yang mendalam atas wafatnya ulama dunia, KH A Hasyim Muzadi pada Kamis, 16 Maret 2017. Banyak ilmu yang disampaikan mantan ketua umum PBNU itu terkait keagamaan, kebangsaan dan kedamaian dunia.

“Mewakili warga NU Semarang, kami berdoa semoga beliau bahagia di surga bersama para ulama dan syuhada,” kata Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Semarang, KH Anasom MHum di Kantor Puspogiwang Semarang, Jumat 17 Maret 2017.

Selesai shalat Jumat tadi, lanjutnya, sudah dihimbau seluruh masjid untuk menggelar shalat ghaib. Bahkan semalam shalat ghaib juga dilaksanakan di rumah dinas Walikota. Dan selama tujuh hari, warga NU akan menggelar tahlil untuk almarhum KH Hasyim Muzadi.

“Wafatnya beliau sangat membuat kita semua kaget. Sebab Kiai Hasyim rasa-rasanya baru kemarin berada di tengah-tengah warga Semarang saat hadir di Balaikota bulan Desember 2016 lalu,” tegas Anasom.

Saat itu, Kiai Hasyim memberikan wejangan pentingnya menjaga kerukunan, saling gotong royong dan menguatkan ekonomi umat Islam.

Walau sudah sepuh dan baru selesai menjalani perawatan kesehatan, Kiai Hasyim hadir di Balaikota Semarang. Saat transit di Hotel Novotel, Kiai Hasyim juga banyak menerima tamu-tamu.

“Hidup beliau sangat didedikasikan untuk umat dan bangsa,” tandas Anasom yang juga Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo.

Melihat semangat dakwah dan perjuangan Kiai Hasyim ini, patut kiranya bangsa Indonesia menjadikannya sebagai guru bangsa. Walau kini sudah tidak bersama kita, tapi ruh dan semangat juang Kiai Hasyim masih sangat kita rasakan.

Perannya sebagai Dewan Pertimbangan Presiden menjadikan bukti bahwa jiwa kebangsaan Kiai Hasyim sangat tinggi. Dedikasi di dunia keilmuan ditunjukkan dengan mendirikan kampus di lingkungan Pesantren Al Hikam.

“Bagi warga NU, Kiai Hasyim menjadi tokoh panutan yang tegas dalam bersikap dan sangat humoris,” ungkap Anasom.

Dari pelajaran yang diberikan Kiai Hasyim, khusus untuk pengurus NU harus paham bahwa NU itu jam’iyyah tapi sisi jama’ahnya juga kuat. “Maka mengelola NU harus mampu memadukan keduanya,” pungkasnya. (zulfa/ubaid)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network