Kiai As’ad Pantas Diberi Gelar Pahlawan Nasional

Situbondo – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Asembagus, Situbondo, KH As’ad Syamsul Arifin pantas menerima gelar pahlawan nasional.

Demikian disampaikan Lukman Hakim Saifuddin saat menghadiri peringatan satu abad pesantren tersebut, Selasa malam, 17 Juni 2014, menanggapi upaya PBNU untuk memperjuangkan agar KH As’ad Syamsul Arifin dapat ditetapkan sebagai pahlawan nasional

Menurut Menag, upaya itu sudah sewajarnya. Sebab, KH As’ad dinilai pantas diberi gelar sebagai pahlawan nasional.

Untuk mendapat gelar sebagai pahlawan nasisonal, lanjut Lukman, harus melalui usulan dari anggota keluarga. Namun yang ia mendengar, PBNU sudah melakukan kajian dan usulan yang bertindak atas nama keluarga agar KH As’ad diberi gelar pahlawan nasional.

Sebelumnya Wakil Gubernur Jawa Timur Sefullah Yusuf yang hadir di acara tersebut mengatakan, pemerintah sudah pantas memberi gelar pahlawan nasional kepada KH As’ad. Bagi keluarga gelar itu tidak penting. Bagi pondok juga tak penting. Tapi gelar itu penting bagi bangsa Indonesia.

Pernyataan itu juga dikemukakan mantan ketua umum PBNU KH Hasyim Muzadi seperti dilansir laman antara, yang juga hadir di acara tersebut.

“Ketokohan KH As’ad, khususnya membawa umat Islam untuk meyakini Pancasila sebagai pemersatu bangsa sangat besar sekali,” ujar Hasyim yang juga Rais Syuriah PBNU itu.

Menurut Lukman Hakim, peran Ponpes Salafiyah Syafiiyah demikian besar dalam memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Melalui berbagai dialog, para ulama dari daerah itu pula bisa meyakinkan umat Islam bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia.

“Artinya, dengan upaya yang ditempuh oleh para pendiri Ponpes tersebut keraguan umat Islam terhadap Pancasila tidak ada lagi. Jadi, jasa para ulama dari pondok tersebut sangat besar,” katanya.

Itulah sebabnya, kata Lukman Hakim, mengapa dirinya menyempatkan diri untuk hadir para peringatan satu abad pondok pesantren tersebut. Perjalanan dari Jakarta (dengan pesawat) ke Surabaya dan dilanjutkan dengan jalan darat ke lokasi memakan waktu 10 jam (pulang-pergi) memang terasa melelahkan. Tapi, peristiwa peringatan satu abad pondok pesantren itu punya nilai tinggi. (onk/ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network