Kiai Hasyim Muzadi: Syiah Lebih Islam Daripada Ahmadiyah

KH A Hasyim Muzadi (santrinews.com/istimewa)
Surabaya – Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Hasyim Muzadi, menilai bahwa Syiah sebenarnya lebih Islam daripada (aliran) Ahmadiyah. Karena itu, menurut dia, kasus konflik yang melibatkan penganut Syiah dan Sunni di Sampang itu harus disikapi secara arif.
“Kita jangan (mudah) mengatakan Syiah itu sesat, karena justru akan memunculkan kekerasan, padahal Syiah itu lebih Islam daripada Ahmadiyah. Syiah itu masih (bagian dari) Islam,” kata Kiai Hasyim, saat menjadi pembicara di acara Halal Bihalal dan Seminar Kebudayaan, di Kantor PWNU Jawa Timur, Sabtu, 8 September 2012, siang.
Kiai Hasyim menegaskan, penyelesaian kasus konflik tersebut tidak perlu bantuan pihak luar, apalagi hingga dilaporkan ke Komisi Hak Asazi Manusia (HAM) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Ini sebetulnya bisa diselesaikan oleh ulama di Sampang sendiri,“ ujarnya.
Ia beralasan, pada dasarnya kasus Sampang ini bukan masalah benturan antara ajaran Syiah dan Sunni. Sebab, selama ini di Indonesia antara Syiah dan Sunni tidak pernah bergejolak seperti yang terjadi di Sampang itu. Ia mencontoh, keberadaan Syiah dan Sunni di Bangil Pasuruan, dan di beberapa daerah lain.
Menurutnya, Syiah dan Sunni hanya dipakai sebagai motif konflik. “Sebab, isu agama itu lebih mudah memancing reaksi. Kalau yang dipakai isu lain pasti tidak akan laku,” tandasnya.
Ia menambahkan, “Orang Madura itu selalu ikut kiai, karena itu mereka belum tentu mengerti tentang Syiah atau bukan, jadi perlu disikapi dengan dakwah, bukan kekerasan.”
Solusinya, kata Kiai Hasyim, para ulama di Sampang harus mengenalkan Syiah melalui dakwah kepada masyarakat dan berusaha keras menghindari kekerasan.
Menurutnya, penggunaan kekerasan juga akan membuat orang tidak memperhatikan persoalan Sampang yang sebenarnya, melainkan mereka akan mengutuk kekerasan yang ada dengan Islam sebagai sasaran.
“Karena itu, ulama di sana harus kembali kepada solusi dakwah, serta ekonomi dan pendidikan. Dirikan madrasah atau masjid untuk mengajari warga setempat mengaji,” tendasnya.
Rais Syuriah PWNU Jatim, KHM Miftachul Akhyar, secara terpisah menyatakan konflik Sampang bukanlah konflik Syiah dan Sunni, melainkan ada pihak ketiga yang melakukan provokasi terhadap keduanya.
“Jadi, ada pihak yang mengadu domba Syiah dan Sunni, tapi informasi yang beredar menjadikan Syiah sebagai korban, padahal korban warga dan rumah yang dibakar di sana bukan hanya milik Syiah, tapi Sunni juga,” katanya.
Oleh karena itu, ia mengharapkan, para ulama dan masyarakat Sampang untuk bersikap hati-hati, agar tidak mudah terkecoh yang justru menguntungkan orang lain yang “menjual” masalah di Sampang itu.
Wakil Gubernur Jatim, H Saifullah Yusuf, yang hadir dalam acara itu mewakili Gubernur Jatim, Soekarwo, mengemukakan hal senada. Ia menyatakan kerusuhan Sampang itu sebenarnya masalah dua orang kakak-beradik yang merepotkan banyak orang.
“Itu dua orang kakak-beradik yang merepotkan kita semua, bahkan niat baik pemerintah melakukan relokasi pengungsi Syiah Sampang agar pendidikan anak-anak mereka terjamin dan kehidupan ekonomi mereka juga pulih, ternyata dicurigai tokoh-tokoh Syiah di sana,” katanya.
Oleh karena itu, katanya, Soekarwo saat ini mengadakan pertemuan di Surabaya dengan berbagai pihak dari Sampang guna mengatasi masalah pengungsi yang berlarut-larut. “Karena itu, saya mewakili Gubernur Jatim datang ke PWNU,” katanya. (hay)