Muslimat NU, Pelopor Utama Membumikan Dakwah Aswaja

Jakarta – Muslimat NU adalah salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama yang paling aktif berkegiatan. terutama dalam melakukan pengajian. Namun demikian, organisasi yang digawangi kaum ibu ini perlu terus melakukan inovasi.
“Untuk menghadapi era saat ini, perlu adanya upgrading, inovasi dan adaptasi, terutama peningkatan kapasitas pada pengurus-pengurus Muslimat NU dari bawah,” kata Ketua Pimpinan Wilayah Muslimat NU DKI Jakarta Hj Hizbiyah Rochim saat memberikan sambutan pada acara Pelatihan Kader Aswaja Pimpinan Cabang Muslimat NU Jakarta Pusat, Senin, 9 September 2019.
Pelatihan selama dua hari yang dihadiri seluruh pengurus dan anggota Muslimat NU Jakarta Pusat, itu di Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Pusat. Usai pelatihan berikutnya akan menyisir pada seluruh Pimpinan Cabang Muslimat NU di DKI Jajkarta.
Sudah saatnya Muslimat NU mengevaluasi dan berbenah. Sebab, sejauh masih kurang aktif melakukan dakwah ke bawah.
“Kurang pendekatan dengan masyarakat di bawah, sehingga anggota muslimat kita direkrut kemana-mana. Dakwah zaman now memang harus digencarkan dari bawah, sudah saatnya seluruh pengurus cabang mengambil andil dalam menghidupkan pengajian-pengajian,” katanya
Hj Hisbiyah mengungaku sangat bahagia dan senang melihat para ibu-ibu memakai jilbab serba hijau, karena menunjukkan sebuah kehidupan yang penuh dengan rasa optimis. Rasa optimis untuk membumikan dakwah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah.
“Setelah dari sini mari bersama kita cancut taliwondo ke pengajian-pengajian, kita sisir dan hidupkan dari paling bawah, kita isi dengan penguatan ke-aswajaan dan ke-NUan, selain itu kita ajak seluruh pengurus dan anggota Muslimat NU untuk merujuk terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART),” paparnya.
Istilah cancut taliwondo, lanjutnya, memiliki arti bersegera berangkat mengerjakan tugas atau kerja keras. Secara filosofis, cancut taliwondo memiliki makna ikut bekerja sama dengan segenap kemampuan yang dimiliki, dan tidak hanya berpangku tangan.
Dalam berorganisasi ada beberapa hal yang menjadi tujuan mulia, salah satunya ialah mengabdi. “Mengabdi untuk meneruskan para Ulama, bukan untuk mencari kedudukan, bukan mencari sesuatu tetapi semata-mata untuk pengabdian. Dan arti pengabdian itu adalah niat dengan baik dan ikhlas,” jelasnya.
Selain itu, Hj Hisbiyah mengajak seluruh anggota Muslimat NU agar cerdas dalam memilih guru atau kiai, tidak terpengaruh oleh orang-orang yang beragama secara radikal. Sebab, menurutnya sudah banyak orang-orang yang mudah tersulut emosi, bahkan ada anggota Muslimat NU yang ikut terpengaruh dari beberapa Majelis Taklim yang guru atau kiainya tidak jelas asal usulnya.
“Harus tahu siapa gurunya, baik ustadz maupun ustadzanya, apakah sejalan dengan kita, apakah dia ber Ahlussunnah Waljama’ah, kalau tidak lebih baik kita cari yang sejalan dengan kita semuanya yaitu dari ustadz atau ustadzah Muslimat atau dari Nahdlatul Ulama,” paparnya. (anty/hay)