IPPNU Inisiasi Pelopor Perdamaian dari Bandung
Bandung – Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) melaksanakan Forum Group Discussion (FGD) dengan tema “Perempuan Pelopor Perdamaian” di Atmosphere Resort Cafe Bandung, Senin, 22 Juli 2019.
FGD bersama Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban ini dihadiri sekitar 50 peserta yang terdiri dari kader pelajar putri NU se-Indonesia.
FGD ini diselenggarakan dengan latar belakang topik hangat saat ini terkait menjaga keberagaman di Indonesia. Perempuan turut andil dalam ikut menjaga perdamaian dan menjadi pelopor perdamaian di Indonesia.
Output dari kegiatan ini diharapkan perempuan khususnya pelajar putri NU dapat menjadi pelopor perdamaian dimulai dari lingkungan sekolah, pertemanan hingga di tengah-tengah masyarakat.
Diharapkan pula kader IPPNU khususnya di Jawa Barat dapat menjadi penyeimbang dan peredam konflik yang kini makin rentan terjadi yang disebabkan oleh hal-hal kecil.
FGD diawali dengan pemaparan materi tentang “Peran dan Peta Gerakan Strategis Indonesia dalam Mengawal Isu Perdamaian” yang disampaikan oleh Wawan Gunawan dari Pusat Studi Pengembangan dan Perdamaian Nawang Wulan.
Materi kedua adalah “Gerakan Feminis Lokal dan Internasional dalam Mengawal Isu Perdamaian” yang disampaikan oleh Prof Aquarini Priyatna selaku akademisi feminis.
Materi ketiga disampaikan oleh aktivis perempuan yakni Neng Hannah tentang “Sejarah dan Tokoh Gerakan Perempuan dalam Mengawal Isu Perdamaian pada Peradaban Islam”.
Selanjutnya materi keempat disampaikan oleh Deni Ahmad Haedari selaku Ketua GP Ansor Jawa Barat terkait Peran dan Nilai-nilai Perjuangan NU dalam Mengawal Isu Perdamaian.
Dan ditutup oleh Nurul H. Ummah selaku Ketua Umum PP IPPNU mengenai langkah kongkrit dan gerak kolektif pelajar putri NU dalam ikut serta mengawal isu perdamaian.
“Sebagai kader IPPNU, kita harus powerfull dalam menyuarakan perdamaian lewat social media,” ujarnya.
Kegiatan FGD ini dibuka dengan penyampaian oleh keynote speaker yakni Prof Syafiq A. Mughni, dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama antar agama dan peradaban.
“Perbedaan harus menjadi kekuatan bukan kelemahan dan Pancasila adalah dasar yang tepat falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Prof Syafiq. (anty/onk)