Pemerintah Beri Kesempatan Santri Magang di Jepang

Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri (tengah) saat pelepasan sekaligus penyambutan peserta Program Pemagangan ke Jepang, di Cevest Kayuringin,Bekasi Selatan, Kota Bekasi (santrinews.com/dok)
Jakarta – Kementerian Ketenagakerjaan mendorong dan memberikan kesempatan kepada para santri pondok pesantren di seluruh Indonesia untuk mengikuti program pemagangan kerja ke Jepang. Di negeri matahari terbit itu, mereka bisa belajar sekaligus kerja magang untuk melatih kompetensi dan keterampilan kerja.
“Tiga tahun belakangan ini sedikitnya sudah ada 29 orang santri pesantren yang lolos seleksi dan mengikuti program pemagangan kerja di Jepang,” kata Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri, dalam keterangan tertulisnya yang diterima SantriNews.com, Senin 13 April 2015.
Menurut Hanif, mereka berasal dari Pondok Pesantren Mambaul Maarif, Jombang, Jawa Timur dan Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon, Jawa Barat. Selama tiga bulan berada di Jepang mereka mengikuti program magang di perusahaan-perusahaan yang bergerak di berbagai bidang kejuruan yaitu industri manufaktur dan konstruksi.
Selama magang maupun bekerja, mereka dilindungi asuransi dan jaminan kesehatan sesuai peraturan ketenagakerjaan Jepang. Untuk tahun pertama, peserta magang mendapat gaji 80.000 yen (Rp 8,2 juta) per bulan. Untuk tahun kedua 90.000 yen (Rp 9,2 juta) dan tahun ketiga 100.000 yen (Rp 10,2) yen. Setelah lulus program pemagangan akan diberi uang bantuan permodalan.
“Dari pengalaman yang kita lihat, 85 persen alumni program ini menjadi wirausahawan baru. Banyak yang sudah sukses dan punya ratusan karyawan, beberapa di antaranya merupakan jebolan dari ponpes,” kata Hanif.
Menurut Menaker, pemagangan ke Jepang merupakan program yang dirancang untuk meningkatkan kompetensi pemuda-pemuda Indonesia dengan melalui magang di perusahaan Jepang.
“Program pemagangan memberikan kesempatan kepada angkatan kerja muda meningkatkan kompetensi dan pengalaman sebagai bekal memperoleh pekerjaan yang semakin menuntut persyaratan kompetensi maupun untuk memulai usaha mandiri,” kata Hanif.
Untuk menjadi peserta magang, para santri pondok pesantren tinggal daftar ke dinas-dinas tenaga kerja setempat dan melengkapi peryaratan administrasi. Setelah itu mengikuti tahapan proses seleksi serta mengikuti pelatihan bahasa dan keterampilan kerja yang dibutuhkan.
“Santri pondok pesantren punya kesempatan sama dan tidak kalah dari sekolah umum. Silahkan saja ikuti tahapan seleksi untuk mengikuti program pemagangan ke Jepang, “ katanya.
Hanif mengatakan, selama ini dunia pesantren yang dikesankan tradisional dan jauh dari nilai-nilai yang terkait kompetensi skill untuk bekerja di dunia industri. Padahal potensi santri pesantren tak kalah dengan pelajar lainnya.
Dalam program pemagangan ini, Kementerian Ketenagakerjaan pada 2015 menargetkan penempatan peserta magang ke Jepang sebanyak 2.500 orang. Para peserta magang bakal ditempatkan di sekitar 500 perusahaan yang menyediakan 60 jenis kejuruan kerja.
Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Peningkatan Produktivitas Kemnaker Khaerul Anwar menjelaskan, program kerja magang di Jepang tersebut merupakan kerja sama Kemnaker (dulu Depnakertrans) dengan IMM (International Manpower Development of Medium and Small Enterprises) Jepang yang dimulai sejak 1993.
Sampai Januari 2015 peserta magang yang telah diberangkatkan sebanyak 35.426 orang. Sedangkan, peserta yang telah kembali ke tanah air sebanyak 29.971 orang, dan masih melaksanakan program magang sebanyak 5.455 orang.
“Program magang di Jepang ini bertujuan meningkatkan kompetensi pemuda Indonesia di bidang industri, meningkatkan keterampilan kerja,menambah wawasan ilmu pengetahuan serta meningkatkan etos kerja,” ujarnya
Sebelum berangkat magang ke Jepang, para calon peserta mengikuti berbagai program pelatihan yang dapat disesuaikan minat dan bakat peserta, diantaranya adalah mekanik, ahli elektronik, las listrik, bangunan, perkayuan, pabrik makanan, dan lain-lain. (us/onk)