Perempuan Arab Saudi Tidak Punya Kesempatan Berkarir

Wanita karir di Arab Saudi. (Arab News/santrinews)
Arab Saudi – Perempuan di Arab Saudi banyak yang tidak bisa mengekspresikan diri di bidang karir. Padahal, jumlah perempuan berkualitas kerja di sana tidak sedikit. Faktor sosial dan keengganan perusahaan mempekerjakan, membuat wanita jauh dari karir.
Arab News, Kamis 5 Februari 2015 melaporkan, dari 51 persen wanita Saudi yang berkualitas baik untuk bekerja, hanya 13 persen yang bekerja di sektor publik dan swasta. Padahal, perempuan-perempuan itu mengantongi gelar sarjana.
Setidaknya, hampir 64 persen pemegang gelar sarjana dari seluruh perguruan tinggi di Arab adalah perempuan. Dan, 51 persen dari total lulusan Arab Saudi, mengejar gelar BA, MA, dan studi PhD.
Para ahli menduga rendahnya partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja Arab dikarenakan faktor sosial. Kondisi itu diperparah dengan keengganan perusahaan untuk memberi tempat bagi pekerja perempuan.
Nawaf Dhubaib, seorang ahli dan anggota Arabian Society for Human Resources Management bilang masyarakat Saudi masih meragukan kemampuan perempuan untuk bekerja.
Dia menambahkan, tren sosial ini merupakan cerminan proses pengambilan keputusan oleh pejabat. “Ketika masyarakat Saudi menuntut feminisasi (pekerja perempuan) di toko, para pengambil keputusan langsung bereaksi,” katanya.
Padahal, dengan meningkatnya permintaan untuk mempekerjakan perempuan, banyak sektor yang bersedia untuk menawarkan kesempatan kerja.
Saat ini, kata dia, perempuan menginginkan kemerdekaan keuangan. Terutama karena pengeluaran keluarga meningkat. Dia menyebut, sektor-sektor yang lebih mungkin untuk memberikan kesempatan kerja bagi perempuan di masa depan, mencakup layanan kesehatan.
“Sektor swasta lebih cepat daripada sektor publik dalam menciptakan kesempatan kerja bagi perempuan karena sektor investasi mencari produktivitas karyawan yang lebih tinggi,” katanya.
Dia menjelaskan studi yang dilakukan 10 tahun lalu, menunjukkan karyawan perempuan di Saudi lebih produktif ketimbang laki-laki. Karenanya, pemerintah mesti melonggarkan aturan untuk pekerja perempuan. (jaz/onk)