Resolusi Jihad Pembakar Semangat Rakyat Melawan Penjajah

Moch EKsan (tengah) dan KH Shaleh Hayat (dua dari kiri) usai bedah buku di IAIN Jember (santrinews.com/ist)

Jember – Wakil Sekretaris PC NU Jember, Moch Eksan menyebutkan bila pecahnya perang 10 November 1945 di Surabaya, sejatinya tidak bisa dipisahkan dari Resolusi Jihad. Menurut dia, Resolusi Jihad menjadi pembakar semangat rakyat melawan penjajah.

“Sayangnya, selama ini dalam peringatan hari pahlawan 10 November tidak secuil pun Resolusi Jihad disebut,” kata Moch Eksan, saat menjadi pembanding dalam Bedah Buku “Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan” di auditorium IAIN Jember, Sabtu, 29 Oktober 2016.

Pria yang juga anggota Komisi E DPRD Jatim menjelaskan, bila selama ini cerita sejarah hari pahlawan telah direduksi begitu rupa, sehingga seolah-olah keberhasilan bangsa Indonesia mengalahkan pasukan Britania Raya itu tidak ada hubungannya dengan resolusi jihad.

“Ini jelas ada upaya pengkaburan sejarah. Pemerintah bukan tidak tahu soal itu. Saksi sejarahnya juga masih banyak. Tapi itulah. Memang ada upaya pemotongan sejarah,” tandasnya.

Untuk itu, Wakil Ketua Bidang Agama dan Masyarkat Adat DPW Partai NasDem Jatim tersebut mengajak umat Islam agar mensyukuri telah ditetapkannya hari santri nasional.

Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa peringatan hari santri yang marak di mana-mana dan didukung oleh pemerintah daerah masing-masing, tidak hanya berhenti sampai di situ. Tapi harus ada kebijakan pemerintah yang berpihak kepada santri.

Kalau hanya sampai di seremonial, tentu tidak banyak gunanya. Yang penting ke depan ada kebijakan pemerintah yang berpihak kepada kaum santri,” pungkas politis yang dipercaya sebagai Ketua Panitia HUT ke-5 Partai NasDem DPW Partai NasDem Jatim.

Sementara itu, penulis buku “Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan” KH Sholeh Hayat memaparkan keterkaitan erat antara peristiwa 10 November 1945 dan resolusi jihad.

Dia menyebut, misalnya, saat Bung Tomo sowan kepada KH Hasyim Asy’ari di detik-detik menjelang pecahnya perang untuk minta petunjuk.

“Saat itu Kiai Hasyim menyuruh agar Bung Tomo memekikkan takbir untuk membakar semangat para pejuang. Dan seperti kita tahu, Bung Tomo berkali-kali mengumandangkan takbir sesaat sebelum perang dimulai,” ungkapnya. (man/onk)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network