Selama Juni 2021, 60 Kiai Wafat Akibat Covid-19

Ketua RMI PBNU KH Abdul Ghaffar Rozin
Jakarta – Ketua Rabhithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU KH Abdul Ghaffar Rozin meminta kepada para kiai dan para ustaz untuk untuk lebih maksimal dalam berikhtiar melawan Corona atau Covid-19.
Ia juga meminta para kiai untuk sementara waktu mengurangi mobilitas dengan tidak menghadiri acara-acara yang mengumpulkan massa banyak. Begitu juga para santri, alumni, dan jamaah untuk tidak mengundang para kiai hadir pada acara massal.
Dalam catatan RMI, sebanyak 541 kiai Nahdlatul Ulama meninggal dunia selama masa pandemi. Tingkat wafatnya para ulama ini lebih tinggi dari wafatnya para dokter.
Bahkan, selama bulan Juni 2021 saja, kata kiai yang akrab dipanggil Gus Rozin ini setidaknya ada 60 kiai yang wafat dengan dugaan kuat akibat Covid-19.
“Pada bulan Juni ini saja kita kehilangan lebih dari 60 kiai,” kata Gus Rozin dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 2 Juli 2021.
Ini merupakan jumlah yang sangat banyak sekali dan menjadi kesedihan tersendiri bagi umat Islam dan bangsa Indonesia.
“Karena itu saya kira tidak berlebihan kami dari RMI meminta, memohon kepada para kiai, kepada ibu nyai, dan kepada para guru untuk bersama-sama berikhtiar secara maksimal,” tegasnya.
Ia menjelaskan, sampai saat ini pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Bahkan, menurut dia, para ahli menyebut bahwa serangan varian baru Covid-19 kali ini jauh lebih berbahaya daripada serangan yang pertama.
Sejak awal, kata dia, RMI PBNU telah menaruh perhatian yang serius terhadap datangnya pandemi Covid-19 ini. Menurut dia, pihaknya telah ikut melakukan penanganan pandemi Covid-19, khususnya di pesantren dan kalangan nahdliyin.
Namun, sejak munculnya Covid-19 hingga 30 Juni 2021, RMI mencatat sudah ada 541 kiai dan nyai yang diduga kuat wafat karena Covid-19.
“Per tanggal 30 Juni ini kita sudah didahului, ditinggal pergi oleh para ulama, para kiai, pengasuh pesantren dan ibu nyai, sebanyak 541 orang. Ini tentu angka yang sangat besar sekali,” tandasnya.
Ia menambahkan, angka tersebut tersebut bahkan lebih banyak dari angka wafatnya dokter di tengah pandemi Covid-19. “Ini adalah kehilangan yang sangat besar bagi kita jamaah nahdliyin, umat Islam, dan masyarakat Indonesia,” pungkasnya. (red)