Penanganan Terorisme
Upaya Deradikalisasi Dinilai Gagal
Jakarta – Maraknya penyergapan dan penangkapan teroris dalam sebulan terakhir mengindikasikan pemerintah gagal melakukan proses deradikalisasi untuk menyadarkan para teroris. Cara efektif untuk menyadarkan para teroris itu adalah dengan memanusiakannya.
Anggota teroris terus bertambah karena tokoh-tokoh teroris yang tertangkap masih aktif menyebarkan paham yang mereka yakini kepada para terpidana lain yang ada di lembaga pemasyarakatan.
“Kalau seperti itu, bagaimana kita bisa mengikis paham terorisme? Ini membuktikan kalau proses deradikalisasi yang dilakukan pemerintah itu gagal. Mereka itu butuh dimanusiakan, butuh diberi perhatian, karena pada dasarnya mereka itu kurang diperhatikan,” kata pengamat terorisme, Al Chaidar, seperti dilansir Koran Jakarta, Sabtu, 25 Mei 2013.
Seharusnya, terang Al Chaidar, sesering mungkin ada pihak yang mengunjungi dan memperhatikan kebutuhan mereka selama di penjara. “Paham yang mereka yakini itu membuat karakter mereka keras. Karena itu, mereka sudah kebal kalau dihina, mereka justru akan berubah kalau pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kemanusiaan atau kelembutan,” tukas Al Chaidar.
Jadi kalau kebutuhan dan keinginan mereka dipenuhi, diharapkan mereka itu tidak akan lagi menyebarkan paham radikal ke orang lain.
Pihaknya sendiri berencana melakukan pendekatan kemanusiaan dengan tokoh teroris yang saat ini dipenjara di Lapas Kalisosok, Surabaya, Jawa Timur. Nantinya, pihaknya dan Gerakan Nasional Memerangi Terorisme (GNMT) akan mendatangi Abdullah Sungkar yang ditahan di sana.
“Kami harap kedatangan kami ke sana dan perhatian yang kami berikan dengan memberikan bantuan pembuatan kolam ikan akan mengubah pola pikir dari Abdullah,” kata Al Chaidar.
Ditambahkan Al Chaidar, pola pikir mereka itu susah diubah karena dalam pahamnya meyakini kalau Tuhan itu merestui perbuatan mereka. “Dengan direstui maka bukan hal yang salah kalau mereka membunuh orang lain demi kepentingan dan tujuan mereka,” ujar Al Chaidar.
Seperti diketahui, pada Rabu 22 Mei 2013, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror menangkap dua terduga teroris yang merupakan perancang pengeboman pada Kedubes Myanmar. Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Pol Agus Rianto, mengatakan kedua terduga teroris yang terindikasi hendak melakukan peledakan Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta dibekuk Tim Densus 88 Antiteror di dua lokasi dan waktu berbeda.
“S yang merupakan DPO (buronan) kasus dugaan rencana peledakan terhadap Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta ditangkap pada Rabu 22 Mei 2013, pukul 20.30 WIB di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara,” kata Agus.
Sementara itu, R ditangkap di wilayah Mauk, Tangerang, pada Kamis dini hari sekitar pukul 02.40 WIB. Dari lokasi penyergapan R, Tim Densus 88 menggeledah dan menyita satu kilogram pupuk, black powder, belerang, kabel, pipa berdiameter satu setengah, dan benda lain yang diduga bahan pembuat bom.
“Terhadap kedua tersangka sedang dilakukan pemeriksaan intensif oleh Densus, termasuk pemeriksaan terhadap barang bukti,” ujar Agus.
Ancaman Teror
Dijelaskannya, pihaknya berusaha sedapat mungkin menghilangkan ancaman-ancaman teror. Penangkapan terhadap kedua terduga teroris tersebut, kata Agus, merupakan upaya Polri dalam rangka mewujudkan komitmen untuk menjauhkan masyarakat dari ancaman teror.
“Tuntutan masyarakat pada Polri, yang semula ketika terjadi ledakan bom, Polri harus bisa mengungkap, kini Polri diharap dapat mencegah sedini mungkin sehingga tidak terjadi ledakan bom,” ujar Agus.
Ke depan, kata Agus, diharapkan tidak terjadi lagi rencana atau upaya yang akan mengganggu ketertiban masyarakat. Terkait dengan penyergapan teroris dalam sebulan terakhir, Agus mengatakan dari 29 terduga teroris yang tertangkap, tujuh orang diketahui tewas ditembak karena melawan.
“Jenazah yang diambil ada dua, sedangkan sampel darah dari kelima jenazah terduga teroris sudah didapat. Mudah-mudahan tidak terlalu lama lagi dapat dimakamkan dan diserahkan ke pihak keluarga,” kata Agus.
Sebelumnya, dua terduga teroris, David dan Ibrahim, yang diduga masih berhubungan dengan jaringan teroris Abu Roban juga ditangkap di wilayah Surakarta. Dari penangkapan terhadap keduanya, Densus melanjutkan penyidikan dengan menggeledah rumah pelaku di kawasan Losari, Surakarta.
Penangkapan David dan Ibrahim merupakan kelanjutan dari penyergapan sejumlah pelaku teror di Bandung, Soreang, Batang, Lampung, dan Kendal. Kelompok teroris tersebut diidentifikasikan sebagai kelompok yang sering merampok toko emas dan pegadaian untuk mendapatkan dana melakukan aksi teror. (ahay/saif).