Gus Dur dan Gelandangan Politik

Gus Dur dan Amien Rais (santrinews.com/ist)

“Preman-preman itu akan menjadi gelandangan politik seumur hidupnya.” Konon, kalimat itu pernah diungkapkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat Amien Rais memimpin sidang di MPR untuk menjatuhkannya dari kursi kepresidenan.

Saya tak bermaksud menginvestigasi apakah betul kalimat itu pernah diungkapkan Gus Dur atau tidak. Namun, saya sendiri pernah mendengar dari orang yang teramat sangat dekat dengan Gus Dur dan Gus Dur teramat sangat menyayanginya, sebuah kalimat profetis yang mirip dengan kalimat di atas. Bedanya, kalimat profetis yang saya dengar itu ditujukan kepada seorang politisi yang mengkhianatinya.

Yang saya ingin nyatakan di sini adalah bahwa kalimat itu adalah benar dalam dirinya sendiri, terlepas apakah itu pernah dinyatakan Gus Dur atau tidak.

Tidak mungkin seorang atau gerombolan preman akan menjadi pemimpin politik. Idealnya, pemimpin politik memiliki kualitas kepribadian yang berkebalikan dari pribadi preman karena dia harus menjadi figur teladan dan mengarahkan.

Jika seorang preman berwatak arogan, pembohong, culas dan menindas, maka seorang pemimpin seharusnya berwatak rendah hati, jujur, baik hati dan melindungi.

Baca juga: Gus Dur, Anak Muda, dan Narasi Baru Islam Tradisional

Seorang preman bisa menjadi pemimpin asal ada dua kondisi yang mendahuluinya. Pertama, sistem yang ada adalah otoritarianisme. Kedua, nalar sehat publik telah jatuh menjadi kebodohan massal.

Jika tidak ada dua kondisi ini, maka tidak mungkin seorang preman menjadi pemimpin. Maqam tertinggi preman-politisi adalah gelandangan politik seumur hidupnya. (*)

Yogyakarta, 12 Oktober 2018

Ahmad Zainul Hamdi, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya.

______________
Bagi sahabat-sahabat penulis yang ingin berkontribusi karya tulis baik berupa opini, esai, resensi buku, puisi, cerpen, serta profil tokoh, lembaga pesantren dan madrasah, dapat dikirim langsung via email ke: redaksi@santrinews.com. Terima kasih.

Terkait

Opini Lainnya

SantriNews Network