Haji-Umrah
Pengalaman Spiritual Haji Perempuan (2)

Jemaah calon haji saat mengikuti bimbingan manasik - ilustrasi (santrinews.com/istimewa)
Selasa 9 Juli 2019, saya mengikuti bimbingan manasik haji per kloter di gedung pertemuan Islamic Center Indramayu. Saya masuk dalam kloter 58 rombongan 7 regu 25. Satu kloter jumlahnya kurang lebih sekitar 400-an jemaah. Satu regu berjumlah 10 orang, dan suamiku menjadi Ketua Regu 25.
Meski dalam satu regu saya dianggap paling muda, selama kebersamaan kami menjalani kegiatan manasik, saya yang mengimbangi mengikuti langkah mereka. Anggap saja mereka adalah pengganti orang tua dan mertua yang membersamai saya selama perjalanan nanti.
Jadi tidak merasa mentang-mentang paling muda lantas bersikap egois ingin melakukan semuanya sendiri. Karena pada prinsipnya haji itu adalah ibadah fisik dan dilakukan secara bersama-sama.
Ketika bimbingan manasik itu, pihak Kementerian Agama Kabupaten Indramayu menyampaikan materi berulang tentang perjalanan haji dari berangkat hingga kepulangan nanti. Juga mengingatkan kepada jamaah calon haji tentang bacaan dan doa yang harus dibaca ketika melakasanakan rangkaian ibadah haji.
Kemudian diselingi dengan iklan susu sehat dari pegawai Kemenag, dilanjutkan dengan informasi dari Grapari Telkom Indramayu tentang mekanisme penggunaan kartu dan internet selama di Arab Saudi. Setelah itu perkenalan dengan para TPHI, TPIHI, TPHD dan TKHI, agar seluruh jamaah mengenal profil, tugas dan tanggung jawab masing-masing petugas. Sehingga ketika menemui persoalan selama pelaksanaan ibadah haji, jamaah tahu siapa yang harus dihubungi.
Tiga Faktor
Pada sesi perkenalan ada satu hal menarik yang menjadi perhatian dan catatan saya. Ketika Kiai Shobirin Suja’i, petugas TPHD dari Kabupaten Indramayu, yang mengaku baru 4 bulan belakangan ini menjalani proses persiapan ibadah haji, berbeda dengan jamaah lainnya yang pasti sudah mendaftar dan menabung untuk persiapan selama bertahun-tahun.
Kiai yang sehari-harinya menjadi imam di Masjid Islamic Center Indramayu ini menuturkan, ia pernah ditanya oleh Bupati Indramayu Bapak H Supendi, apakah ia sudah pernah berhaji atau umroh?. Kiai Shobirin menjawab belum pernah sama sekali. Akhirnya Bupati mendaftarkan namanya sebagai jamaah calon haji tahun 2019, sekaligus ditunjuk menjadi TPHD dari Kabupaten Indramayu.
Dalam sesi perkenalan tersebut, Kiai Shobirin menjelaskan tentang keberangkatan seseorang bisa berangkat haji itu karena beberapa hal. Pertama, nasab. Artinya secara keturunan memang berasal dari orang tua dan keluarga yang berada (kaya). Jadi orang bisa melaksanakan haji, bahkan berulang kali karena memang berasal dari keluarga yang mampu.
Kedua, kasab. Artinya berhaji karena hasil kerja keras sendiri, lalu dikumpulkan selama bertahun-tahun hingga bisa menabung dan membayar Ongkos Naik Haji (ONH).
Lalu terakhir, nasib. Seperti Kiai Shobirin yang mendapatkan nasib baik berangkat haji atas biaya dari orang lain atau otoritas yang memiliki wewenang.
Namun apapun jalan dan proses yang ditempuh dalam melaksanakan ibadah haji, semoga para jamaah haji tahun 2019 ini diberi kesehatan, kelancaran dan kemudahan, mulai berangkat hingga kepulangan nanti tiba di kampung halaman. Demikian. Semoga bermanfaat. (*)
Zahra Amin, Ketua PC LKK NU Indramayu, Pemimpin Redaksi Mubaadalahnews.